Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa sampai saat ini Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis subsidi masih dinikmati oleh masyarakat kalangan mampu. Hal ini berlaku baik untuk BBM jenis Pertalite maupun Solar Subsidi.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi menyatakan bahwa untuk menjaga ketersediaan energi di dalam negeri, pemerintah memberikan perlindungan kepada masyarakat yang kurang mampu melalui BBM subsidi.
Namun kenyataannya, BBM subsidi masih digunakan oleh masyarakat yang mampu. “Dan kenyataannya saat ini BBM solar maupun yang digantikan oleh Pertalite masih banyak digunakan oleh orang yang lebih mampu. Masyarakat harus memahami penggunaan BBM yang tidak ditujukan untuk mereka,” jelas Agus dalam acara Coffee Morning Energy Edition dengan tema “Subsidi BBM Tepat Sasaran untuk Indonesia Maju” di Parle, Senayan Park, Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Oleh karena itu, pemerintah sedang merumuskan skema untuk pemberlakuan BBM subsidi yang tepat sasaran. Dengan adanya kebijakan ini, pengguna BBM subsidi akan disesuaikan dan yang terpenting, pemerintah akan memastikan distribusi BBM tidak terganggu.
“Dalam catatan Komisi VII DPR, pengguna BBM Pertalite sebesar 80% adalah orang yang mampu. Bahkan, tidak menutup kemungkinan orang yang menikmati BBM subsidi memiliki lebih dari satu kendaraan. Mereka tidak termasuk dalam daftar penerima subsidi, bukan juga pengusaha mikro, bukan angkutan umum, bukan ojek, dan sebagainya,” ungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno sebelumnya.
Eddy menegaskan bahwa pemberian subsidi BBM seharusnya ditujukan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkannya. Namun kenyataannya, sebagian besar subsidi BBM justru dinikmati oleh golongan yang mampu. Hal ini menjadi dilema dalam penyaluran subsidi BBM, padahal seharusnya diberikan kepada masyarakat yang kategori kebutuhannya sudah jelas.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) 2020 menunjukkan bahwa desil 1-4 (empat kelompok masyarakat termiskin) hanya menikmati 20,7% Pertalite, sedangkan desil 5-10 (terkaya) mengonsumsi 79,3%. Selain itu, laporan dari Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bahwa 40% dari subsidi BBM di Indonesia justru dinikmati oleh 20% rumah tangga terkaya.
Eddy juga menambahkan bahwa pada tahun ini saja kompensasi untuk Solar dan Pertalite sudah mencapai Rp 163 triliun, dimana 80% nya dinikmati oleh orang kaya dan mampu. Menurut Eddy, tanpa adanya mekanisme distribusi tertutup untuk Pertalite dan Solar, siapapun dapat membeli BBM bersubsidi tersebut, termasuk orang kaya.
“Estimasi penghematan APBN jika subsidi dilakukan tepat sasaran adalah sekitar Rp 130 Triliun. Penghematan tersebut dapat digunakan untuk program-program percepatan pembangunan atau peningkatan bantuan sosial bagi masyarakat yang tidak mampu,” kata Eddy.
Ditambah lagi, menurut catatan Energy Watch pada 2022, penghematan subsidi BBM sebesar 100 triliun dapat memberikan beasiswa untuk 8,3 juta siswa, membangun 40 ribu sekolah, dan 20 ribu Puskesmas.