Ketegangan di Semenanjung Korea kembali meningkat setelah Amerika Serikat mengirimkan dua pembom supersonik B-1B Lancer ke wilayah tersebut pada Kamis (20/2/2025) untuk latihan udara gabungan dengan Korea Selatan. Latihan ini dilakukan sebagai peringatan langsung kepada Korea Utara yang terus mengembangkan program nuklirnya. Washington menunjukkan komitmen terhadap pertahanan sekutunya di tengah ancaman yang terus meningkat dari Pyongyang.
Hubungan pertahanan antara AS dan Korea Selatan telah ada sejak Perang Korea berakhir pada 1953. Sekitar 28.500 personel militer AS berada di Korea Selatan untuk menangkis potensi agresi dari Korea Utara. Latihan ini, yang melibatkan pembom strategis, sering kali memicu reaksi keras dari Korea Utara. Latihan udara ini dilakukan untuk menunjukkan kemampuan pencegahan AS terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Dalam latihan ini, dua pesawat pembom B-1B Lancer dikerahkan dari Pulau Guam, basis militer AS di Samudra Pasifik. Pembom ini memiliki daya angkut senjata besar dan kemampuan serangan jarak jauh yang efektif. Selain dua pembom, latihan melibatkan jet tempur dari AS dan Korea Selatan. Tujuan dari latihan ini adalah untuk mempertahankan kesiapan pertahanan bersama dan meningkatkan interoperabilitas pasukan gabungan.
Langkah AS ini berpotensi memicu respons agresif dari Korea Utara yang telah meningkatkan uji coba misil balistik antarbenua. Namun, Presiden AS, Donald Trump, tetap memperjuangkan denuklirisasi Korea Utara melalui tekanan militer dan diplomasi. Pemerintah AS terus berusaha untuk membawa Korea Utara kembali ke meja perundingan dengan meningkatkan latihan militer bersama Korea Selatan dan Jepang.