Arab Saudi menggelar pertemuan antara AS dan Rusia di Riyadh dalam suasana panas pasca serangan Rusia ke Ukraina. Pertemuan ini melibatkan perwakilan dari masing-masing negara, termasuk Menlu Sergei Lavrov dari Rusia, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dari AS, dan Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dari Arab Saudi. Lokasi pertemuan ini dianggap sebagai kemenangan bagi Pangeran Mahkota Mohammed Bin Salman, yang telah aktif dalam upaya transformasi negara dan menjaga hubungan dekat dengan Trump dan Putin.
Arab Saudi terus mencoba memperkuat citra sebagai penengah perdamaian dengan menyokong pertemuan serta memberikan bantuan ke Ukraina. Pangeran Bin Salman memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungan internasional, terutama dengan dukungan Trump dan Putin. Saudi juga merancang posisinya sebagai mediator di isu-isu regional, seperti masalah Gaza yang semakin kompleks.
Rusia, dalam pertemuan ini, menggunakan kesempatan untuk mendorong keringanan sanksi dengan membahas penyelesaian konflik di Ukraina. Diskusi dengan kiranya Dmitriev dari Rusia pun berjalan intens. Meskipun sejumlah pihak menyatakan keinginan untuk negosiasi dan mencapai perdamaian yang adil bagi Ukraina, termasuk Eropa yang siap mendukung AS dalam menyudahi pertumpahan darah.
Namun, hasil pertemuan tersebut belum menunjukkan kedekatan positif antara AS dan Rusia. Diskusi berlangsung selama empat setengah jam tanpa kesepakatan mengenai pertemuan antara Trump dan Putin. Meski Ukraina menjadi salah satu fokus pembicaraan, belum ada kesepakatan yang sah tercapai. Hal ini menunjukkan masih adanya perbedaan pendapat yang perlu diatasi agar tercapai kesepakatan bersama dalam menyelesaikan konflik di Ukraina.