Dalam upayanya untuk menentukan masa depan Gaza pasca-perang, Arab Saudi memimpin negara-negara Arab dalam menyusun rencana yang bertentangan dengan gagasan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Riyadh berusaha menyajikan solusi yang lebih berkelanjutan daripada rencana Trump, yang dianggap ingin mengosongkan Gaza dari warga Palestina dan memindahkan mereka ke Yordania dan Mesir. Hal ini menimbulkan kejutan di negara-negara Arab yang melihatnya sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kawasan. Sebagai respons, negara-negara Arab berupaya mengajukan proposal alternatif, termasuk dana rekonstruksi yang dipimpin oleh negara-negara Teluk serta usaha untuk mengeluarkan Hamas dari struktur pemerintahan Gaza. Sejumlah proposal telah disusun oleh pejabat Arab, dengan rencana Mesir menjadi fokus utama dari inisiatif Arab untuk menanggapi ide Trump.
Proposal terbaru dari Mesir mencakup pembentukan komite nasional Palestina untuk mengurus Gaza tanpa kehadiran Hamas, partisipasi internasional dalam rekonstruksi Gaza tanpa harus memindahkan warga Palestina, dan langkah-langkah menuju solusi dua negara. Proposal ini akan dibahas dalam pertemuan di Riyadh yang melibatkan beberapa negara Arab dan Palestina. Peran penting Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dalam upaya ini menjadi krusial. Meskipun tidak adanya unsur baru dalam proposal tersebut, pejabat Arab yakin rencana ini cukup kokoh untuk meyakinkan Trump dan dapat diterapkan pada Hamas serta Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas.
Selain itu, rencana rekonstruksi Gaza juga sedang dalam tahap lanjut dengan poin-poin utamanya termasuk pembangunan zona penyangga dan pembangunan zona pemukiman sementara. Ada juga rencana melibatkan perusahaan dari Mesir dan luar negeri untuk mempercepat proses pembangunan kembali Gaza. Namun, tantangan terbesar adalah menentukan struktur pemerintahan dan keamanan di Gaza, terutama karena Israel menolak peran Hamas dan Otoritas Palestina di wilayah tersebut.
Ketegangan antara Arab Saudi dan AS semakin meningkat, terutama terkait ketidaksepakatan terhadap rencana Trump. Arab Saudi telah menegaskan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel hanya bisa terjadi jika ada jalur jelas menuju pembentukan negara Palestina. Belum ada kejelasan apakah pembicaraan normalisasi dengan Israel akan berlanjut. Tetapi, Arab Saudi sudah menunjukkan ketidakpuasannya terhadap rencana Trump dan sikapnya terhadap Gaza. Semua upaya ini merupakan bagian dari usaha Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya untuk menentukan masa depan Gaza secara berkelanjutan.