Negara-negara Arab bersatu melawan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania. Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menegaskan penolakan keras terhadap usulan tersebut yang telah menimbulkan perlawanan massif di wilayah tersebut. Mesir dan Yordania, serta negara-negara lain seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar, berkolaborasi untuk menghentikan rencana tersebut.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menegaskan bahwa mereka bersatu dalam mendukung Gaza dan menolak pemindahan paksa warga Palestina. Arab Saudi juga menegaskan dukungan terhadap pembentukan negara Palestina sebelum setuju dengan normalisasi hubungan dengan Israel. Pesan dunia Arab kepada Trump sangat jelas, bahwa masalah Palestina sangat sensitif dan tidak bisa diabaikan.
Pengamat dari Arab Gulf States Institute di Washington, Anna Jacobs, menekankan bahwa negara-negara Arab tidak akan mendukung pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Keputusan yang diambil oleh negara-negara Arab menunjukkan kesatuan dan kehati-hatian dalam menangani masalah Palestina yang sangat penting bagi publik Arab. Diskusi hanya akan fokus pada solusi model dua negara, dengan semua pihak menekankan pentingnya menghormati hak-hak warga Palestina dan melindungi tanah mereka.
Berbagai negara Arab akan menggelar pertemuan darurat dan pertemuan tingkat menteri untuk membahas masalah Gaza, serta mendukung proses perdamaian di wilayah Palestina. Kesatuan negara-negara Arab dalam menolak rencana Trump menunjukkan kepedulian mereka terhadap nasib warga Palestina dan tekad mereka untuk menjaga kemerdekaan dan hak-hak yang adil bagi rakyat Palestina.