Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan kesiapannya untuk berunding dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump, dalam sebuah konferensi pers akhir tahun. Putin mengungkapkan kesediaannya untuk berdiskusi “kapan saja” dengan Trump meskipun belum berbicara dengan Trump selama lebih dari empat tahun. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan negosiasi antara Rusia dan Amerika Serikat yang dapat memengaruhi Ukraina, terutama setelah Ukraina diberikan izin oleh pemerintah presiden saat ini, Joe Biden, untuk menggunakan senjata ATACMS untuk menyerang Rusia.
Di sisi lain, Putin juga menegaskan kendali pasukannya di medan perang, dalam konteks laporan serangan Rusia di Ukraina dan pembicaraan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dengan pemimpin Uni Eropa di Brussels. Putin juga mengancam untuk menggunakan rudal balistik hipersonik Rusia, Oreshnik, dalam potensi serangan ke Kyiv. Selain itu, Putin juga membahas masalah ekonomi Rusia, termasuk inflasi tinggi, peningkatan pengeluaran negara, dan kekurangan tenaga kerja akibat konflik.
Meskipun kondisi ekonomi yang stabil di Rusia, Putin mengakui kekhawatiran terkait inflasi dan harga yang meningkat untuk beberapa bahan makanan. Dia juga menyatakan pengaruh sanksi Barat terhadap Rusia dalam konteks keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi. Putin berharap bank sentral akan mengambil keputusan yang seimbang untuk mengatasi situasi ekonomi tersebut.