PEnyelidikan anti-subsidi terhadap impor kendaraan listrik dari China dinilai terlalu selektif. Karena, penyelidikan hanya memperhatikan perusahaan-perusahaan asal China dan tidak perusahaan dengan volume ekspor terbesar.
Minggu lalu, Komisi Eropa mengumumkan akan menerapkan tarif mulai 4 Juli untuk impor mobil listrik dari China. Keputusan ini diambil setelah melakukan penyelidikan bulanan terkait subsidi pemerintah dalam industri kendaraan listrik China.
Industri kendaraan listrik di China telah mengalami pertumbuhan pesat setelah lebih dari 10 tahun pengembangan. Tidak hanya mampu mengalahkan penjualan mobil listrik merek Tesla, industri ini juga mendorong produsen mobil dan startup lokal untuk bersaing ketat.
Sementara itu, penurunan permintaan dalam negeri telah mendorong perusahaan kendaraan listrik China untuk memperkuat strategi penjualan dengan memperluas ke wilayah Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa.
China telah secara terbuka mengecam tindakan Uni Eropa dan menyangkal tuduhan yang dituduhkan termasuk dari AS terkait kelebihan kapasitas industri yang berpotensi menutup pabrik dan menganggurkan pekerja.
Peneliti di Akademi Riset Makroekonomi Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, Jin Ruiting, menilai bahwa penyelidikan anti-subsidi yang dilakukan Uni Eropa hanya fokus pada perusahaan-perusahaan Cina dan tidak mempertimbangkan perusahaan dengan volume ekspor terbesar. Namun, ia tidak merinci perusahaan ekspor mana yang dimaksudkan.
Juru bicara Komisi Eropa untuk Perdagangan dan Pertanian, Olof Gill, menyatakan bahwa pemilihan sampel akhir didasarkan pada volume produksi, penjualan, atau ekspor yang paling representatif ke Uni Eropa yang dapat secara wajar diselidiki dalam waktu yang tersedia. Ia juga menegaskan bahwa volume ekspor terbesar bukanlah satu-satunya kriteria, dan bahwa Komisi juga mempertimbangkan volume produksi dan penjualan domestik.
Beberapa perusahaan mobil utama Jerman yang mendapatkan penjualan signifikan dari China dan memiliki kemitraan lokal, langsung menyatakan keberatan terhadap tarif yang direncanakan oleh Uni Eropa. Pada 12 Juni lalu, Komisi Eropa mengumumkan akan memberlakukan tarif anti-subsidi hingga 38,1% pada mobil impor dari China mulai Juli.