Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan perjalanan ke Korea Utara untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada Selasa (16/6/2024). Kremlin menyatakan bahwa tujuan perjalanan ini adalah kunjungan “persahabatan”.
Menurut AFP, pengumuman Kremlin ini muncul pada saat kecurigaan Barat terhadap Pyongyang yang dituduh memasok senjata ke Moskow untuk digunakan dalam serangan terhadap Ukraina. Kunjungan ke Korut dilakukan ketika Putin sedang mencari amunisi untuk melanjutkan kampanye militer yang dimulai pada Februari 2022, yang telah membuat Moskow terisolasi dari komunitas internasional.
Kunjungan ini juga dilakukan sembilan bulan setelah Putin menerima Kim Jong Un dalam perjalanan luar negeri yang jarang terjadi ke Timur Jauh Rusia, di mana keduanya saling memuji.
Kremlin menyatakan, “Presiden Vladimir Putin akan pergi ke Republik Demokratik Korea dalam kunjungan kenegaraan persahabatan pada 18-19 Juni.” Setelah Korut, Putin dijadwalkan melakukan perjalanan ke Vietnam. Beberapa negara, termasuk Korea Selatan dan Kyiv, menuduh Pyongyang mengirim senjata ke Moskow untuk digunakan di Ukraina, yang melanggar sanksi PBB terhadap Korut.
Sejak meluncurkan serangan terhadap Ukraina, Putin telah membatasi perjalanan luar negeri. Namun, dia telah melakukan beberapa kunjungan penting ke beberapa sekutu utama seperti China.
Rusia dan Korut memiliki hubungan historis sejak Uni Soviet membantu mendirikan negara kecil itu setelah Perang Korea pada 1950-an. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Rusia adalah salah satu negara yang memiliki hubungan kerja dengan Korut.
Putin akan melakukan kunjungan kedua ke Korut selama masa kekuasaannya. Pertama kalinya Putin mengunjungi negara tersebut 24 tahun yang lalu untuk bertemu dengan ayah Kim Jong Un, Kim Jong Il.
Kim mengatakan hubungan dengan Rusia telah berkembang menjadi hubungan tak tergoyahkan sebagai kawan sejuang. Putin dan Kim telah saling memberikan hadiah simbolis, dan Putin dijanjikan akan mengunjungi Korea Utara sebagai balasan. Rusia menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri pemantauan PBB atas pelanggaran sanksi Korut, yang dianggap sebagai kemenangan bagi Pyongyang.
Baik Rusia maupun Korut membantah bahwa senjata Korut digunakan di Ukraina. Ukraina melaporkan telah menemukan peluru Korut di medan perang, dan Korea Selatan juga mengumumkan sanksi terhadap individu dan perusahaan Rusia serta Korea Utara yang diduga memperdagangkan pasokan militer. Rusia telah menahan seorang warga Korea Selatan atas tuduhan mata-mata, yang menjadi orang pertama dari Korea Selatan yang ditahan atas tuduhan spionase di Rusia dalam beberapa dekade.