Kenapa Banyak Warga Amerika Serikat Menolak Makan di Restoran?

by -166 Views
Kenapa Banyak Warga Amerika Serikat Menolak Makan di Restoran?

Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena baru terjadi di Amerika Serikat (AS). Beberapa warga kini menolak makan di restoran, termasuk cepat saji, dan memilih memasak di rumah.

Ini terjadi terutama di kelompok berpendapatan rendah. Kini, makan di luar menjadi “hal mewah”. Hal itu bukan tanpa sebab. Menurut data Februari, inflasi AS melambung tinggi.

Harga makanan rumah tumbuh 1% dari tahun ke tahun (yoy). Sementara harga restoran naik 4,5% dibanding tahun lalu. Kedaan sekarang berbeda dengan tahun lalu. Di mana kala itu, makan di luar lebih murah dibanding memasak.

Pada saat itu, harga makan di restoran naik 8,4% (yoy). Sedangkan harga bahan makanan 10,2% periode yang sama. “Ini adalah lingkungan konsumen yang menantang,” kata CFO McDonald’s Ian Borden, dikutip dari CNN International, Kamis (14/3/2024).

“Beberapa dari konsumen tersebut memilih untuk lebih sering makan di rumah,” tambahnya. Menurutnya banyak konsumen mencoba mengelola inflasi, termasuk suku bunga yang lebih tinggi dan berkurangnya tabungan. Perusahaan pun harus memutar otak agar pelanggan bisa kembali datang.

“Kami ingin memastikan konsumen mengetahui apa yang tersedia dan tentu saja memikirkan kami saat mereka menentukan pilihan,” tambahnya menyebut paket murah yang dijajakan restoran dengan harga US$ 4 (sekitar Rp 62.359).

Perlu diketahui McDonald’s sendiri kini menghadapi masalah keuangan secara internasional. Rantai makanan cepat saji ini mencatat bagaimana gejolak di Timur Tengah, serangan Israel ke Gaza, telah membebani penjualan di wilayah tersebut.

Penjualan Timur Tengah hanya tumbuh 0,7% pada kuartal terakhir 2023. Ini jauh lebih buruk dibandingkan pertumbuhan lebih dari 4% di AS dan bisnis internasional lainnya. Enggannya warga AS berbelanja juga tercermin dari runtuhnya bisnis peritel Family Dollar. Toko yang melayani warga berpenghasilan rendah ini pun kini harus menutup 1.000 toko.

Inflasi tinggi menjadi salah satu alasan di mana pembeli menjadi lebih irit dan enggan belanja. Belum lagi tunjangan pemerintah yang berkurang. “Inflasi yang terus-menerus dan berkurangnya tunjangan pemerintah terus menekan konsumen berpenghasilan rendah yang merupakan sebagian besar basis pelanggan Family Dollar,” kata CEO Rick Dreiling.

Sebanyak 600 toko akan ditutup tahun ini sedangkan 370 tahun depan. Family Dollar sendiri memiliki 8.000 toko di AS.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Kabar Baik dari AS: Inflasi Oktober Stabil di Level 3,2%

(sef/sef)