Gangster Acak-Acak Menggemparkan AS, Para Warga Ketakutan, Jenazah Berserakan

by -199 Views
Gangster Acak-Acak Menggemparkan AS, Para Warga Ketakutan, Jenazah Berserakan

Jakarta, CNBC Indonesia – Gangster telah menguasai Haiti sejak dua pekan lalu. Bahkan, 80% ibu kota telah jatuh sementara perdana menteri (PM) dibuat mengundurkan diri. Terbaru, pemimpin geng terkuat negeri itu mengeluarkan pesan ancaman yang ditujukan ke para pemimpin politiknya, yang akan mengambil bagian dari dewan transisi, pasca mengunduran PM. Sebelumnya saat PM Ariel Henry yang tak populer mengumumkan resign, ia berjanji membuat dewan transisi untuk membentuk kembali pemerintahan baru di negara Karibia itu.

“Apakah kamu tidak punya rasa malu?” kata bos dari semua geng di Haiti, Jimmy Cherizier yang berasal dari kelompok Barbeque, dalam sebuah video singkat Rabu waktu setempat, dikutip Reuters, Jumat (15/3/2024). “Anda telah menjadikan negara ini seperti sekarang ini. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi,” tambahnya merujuk ke para politisi yang menurutnya ingin bergabung dengan dewan.

“Saya akan tahu jika anak-anak Anda berada di Haiti, jika istri Anda berada di Haiti… jika suami Anda berada di Haiti,” katanya lagi dengan nada mengancam keluarga mereka. “Jika kamu ingin menjalankan negara, seluruh keluargamu harus ada di sana,” tegasnya. Sebenarnya situasi mulai kondusif Selasa. Namun laman yang sama melaporkan bagaimana situasi kembali memanas Rabu malam.

Kekerasan kembali berkobar di mana baku tembak pecah di salah satu lingkungan. Serangan terhadap polisi juga terjadi Kamis pagi, dengan rumah kepala polisi nasional dibakar. “Tidak disebutkan apakah ada orang yang terluka atau memberikan rincian tentang keberadaan Elbe,” tulis Reuters lagi memuat kepala polisi Fratz Elbe.

Perlu diketahui, Negara Karibia tersebut sedang berjuang untuk menyelesaikan krisis politik dan kemanusiaan yang telah berlangsung lama. Geng-geng bersenjata berat telah mengambil alih sebagian besar ibu kota dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melaporkan pembunuhan, penculikan, dan kekerasan seksual yang meluas. Dilaporkan pula bagaimana ratusan ribu orang telah mengungsi. Sejumlah negara Barat juga dilaporkan mulai mengungsikan warganya terutama staf kedutaan sebagai bentuk kekhawatiran.

Kanada kemarin mengumumkan pengurangan staf kedutaannya yang hanya akan menyisakan pegawai penting di negara tersebut. Perwakilan diplomatik itu mengatakan kedutaan ditutup sementara untuk umum. Langkah serupa telah dilakukan PBB. Kedutaan Besar AS juga melakukannya dalam beberapa hari terakhir. Di sisi lain kekerasan gangster yang berhasil mengacak-acak satu negara itu membuat perusahaan pelayaran penumpang utama Royal Caribbean Group menunda selama seminggu kunjungan rutinnya ke Labadee, resor pribadinya di Haiti utara. Perusahaan mengatakan hal ini sebagai bentuk kehati-hatian. Inggris mengatakan pihaknya memperkuat keamanan di Kepulauan Turks dan Caicos, sebuah wilayah di luar negeri. Ini juga dilakukan AS ke Republik Dominika, yang berbagi Pulau Hispaniola dengan Haiti, di mana negara itu menutup perbatasan bersama tahun lalu dan secara rutin mendeportasi warga Haiti.

Kelompok bantuan Mercy Corps mengatakan penduduk Port-au-Prince kini menjadi “pengembara paksa”. Mereka mencari perlindungan dari penembakan di tempat penampungan sementara bersama keluarga atau orang asing dan berjuang melawan ketidakpastian, kekurangan pangan, trauma, penyakit, dan kepadatan yang terus-menerus. “Kami menghadapi situasi yang tidak manusiawi setiap hari, berjalan di antara mayat. Geng bisa menyerang kapan saja,” kata ibu tiga anak berusia 43 tahun yang sedang hamil, Gina Antoine, seraya berujar dia kelelahan karena berpindah-pindah lingkungan dan tidak dapat berlari lagi. “Saya tidak punya tempat lain untuk pergi. Saya berharap semuanya bisa kembali normal,” tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]