Para ekonom sepakat bahwa pemilihan presiden atau pilpres 2024 satu putaran akan lebih memberikan kepastian ekonomi dan efisiensi bagi keuangan negara ketimbang dua putaran. Namun, mereka mengingatkan bahwa satu putaran itu harus dilaksanakan secara demokratis, transparan, dan berjalan dengan jujur serta adil sesuai aspirasi masyarakat Indonesia. Eddy Junarsin, ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan bahwa pemilu atau pilpres satu putaran sebetulnya sudah berlangsung di berbagai negara, meski calonnya lebih dari dua pasang, seperti di Taiwan. Ekonom lainnya dari Undip, Wahyu Widodo, juga menjelaskan bahwa pilpres 2 putaran ongkos ekonomi dan politiknya lebih besar, dan secara ketidakpastian lebih tinggi. Ekonom lainnya, Teuku Riefky, juga sependapat bahwa pelaksanaan pesta demokrasi satu putaran akan lebih memberikan kepastian terhadap arah perekonomian. Sementara Esther Sri Astuti, direktur program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memiliki pendapat yang berbeda, menurutnya baik satu putaran ataupun dua putaran, pelaku ekonomi dan investor melihat bagaimana proses demokrasi itu berjalan secara transparan, tidak diintervensi oleh pihak tertentu untuk mempertahankan kekuasaan. Namun, dia tetap mengakui bahwa penyelenggaraan pemilu atau pilpres dua putaran tentu akan menambah beban ekonomi dan keuangan bagi negara, karena prosesnya tidak efisien.