Agen konsultan properti, Colliers Indonesia, mencatat bahwa selama tahun 2020-2023 hanya ada 817 kamar hotel baru di Bali. Namun, di saat bersamaan, terjadi pengurangan sebanyak 1.591 kamar karena hotel-hotel tutup.
Menurut Colliers, penurunan pasokan tersebut diprediksi akan meningkatkan persaingan antar hotel di Bali. Namun, ada tanda-tanda minat investor yang masih tinggi disertai dengan naiknya tingkat kunjungan wisatawan ke Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata di Bali mulai bangkit, ditandai dengan masih banyaknya hotel yang tersedia di Bali.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, banyaknya hotel yang tutup dikarenakan ketidakmampuan untuk bertahan. Ia menyatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan tekanan yang dalam pada dunia usaha, sehingga banyak hotel yang merasa tidak mampu bertahan.
Maulana juga menjelaskan bahwa pemulihan tidak hanya dapat dilihat dari data angka kunjungan atau tingkat okupansi, karena tingkat okupansi tidak berbanding lurus dengan pendapatan hotel. Harga hotel bersifat dinamis dan akan mengikuti tingkat okupansi setiap waktu.
Selain efek domino dari pandemi, menurut Maulana ada sejumlah pemilik usaha hotel yang mungkin memiliki alasan lain saat memutuskan untuk menutup usaha hotelnya. Ia menyatakan bahwa tidak semua penutupan hotel dapat diberikan alasan hanya karena efek pandemi, karena terdapat kebijakan internal yang tidak dapat diakses dari luar.
Artikel Selanjutnya
Banyak Event di IKN, Hotel-hotel di Kaltim Penuh
(dce)