Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang terjadi di Iran pada hari Rabu. Sebelumnya, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 87 orang, angka yang direvisi oleh pemerintah Teheran dari sebelumnya 103 korban jiwa.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram, ISIS mengatakan dua anggotanya mengaktifkan rompi bahan peledak di antara ribuan orang yang berkumpul di Kerman, Iran. Warga tengah berkumpul untuk memperingati kematian Jenderal Qassem Solemaini yang tewas karena serangan Amerika Serikat (AS) di Irak pada tahun 2020.
Pernyataan AS juga mengamini klaim ISIS tersebut. Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kepada wartawan bahwa AS tidak dapat meragukan klaim ISIS. Selain itu, pejabat senior pemerintahan Biden juga menyatakan bahwa serangan tersebut terlihat seperti serangan teroris yang pernah dilakukan oleh ISIS di masa lalu.
Menurut penyelidik Iran, ada dua bom yang meledak di Kerman, kemungkinan besar dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Qassem Soleimani adalah pemimpin militer Iran yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri Garda Revolusi. ISIS, kelompok ekstremis Sunni, kerap melakukan serangan di Iran yang mayoritas penduduknya adalah Syiah.
Iran pernah mengalami serangan mematikan dari kelompok militan lainnya, termasuk pembunuhan terhadap para pejabat dan ilmuwan nuklir yang diduga dilakukan oleh Israel. Pemerintah Iran berencana untuk memperkuat keamanan di perbatasannya yang rawan dengan Afghanistan dan Pakistan.
Serangan bom Iran menambah ketegangan regional di tengah perang Gaza, Palestina, dan serangan drone oleh Israel. Bahkan kepala negara seperti Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan pemerintah China turut mengutuk serangan tersebut.
