Jakarta, CNBC Indonesia-Jumlah orang miskin di Indonesia dikhawatirkan akan bertambah karena fenomena makan tabungan. Golongan menengah ke bawah terancam turun kelas menjadi kelompok miskin karena tabungannya habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
“Ini kekhawatiran kita, karena yang paling miskin dapat bantuan pemerintah, sementara 30-60% yang menengah tidak mendapatkan bantuan itu,” kata Ekonom Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati dalam program Power Lunch di CNBC Indonesia, Rabu (20/12/2023).
Nina mengatakan fenomena makan tabungan itu nyata adanya apabila melihat data-data ekonomi Indonesia. Dia mengatakan fenomena ini sebenarnya terjadi di semua golongan masyarakat. Namun bedanya golongan kaya RI makan tabungan untuk jalan-jalan, sementara golongan menengah hingga miskin makan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Nina menyebut golongan paling miskin di Indonesia yang menempati 30% dari masyarakat cukup tertolong dengan adanya bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah. Nah, golongan menengah ke bawah yang mencakup 30-60% penduduk berada di posisi serba sulit, kata Nina.
Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI ini mengatakan sebagian masyarakat menengah Indonesia sedang berada di kondisi setengah menganggur. Dia bilang mereka adalah korban pemecatan saat pandemi dan sudah mendapatkan pekerjaan baru. Namun, tingkat gaji di pekerjaan baru itu lebih kecil ketimbang pekerjaan sebelumnya.
Tingkat pengeluaran kelompok setengah menganggur ini, kata dia, cenderung naik. Namun, tingkat pendapatan mereka relatif tetap atau turun. Untuk bertahan hidup, kata dia, kelompok ini terpaksa menggunakan tabungannya. “Jadi kelompok menengah yang katakanlah antara 30% sampai 60% ini yang terkena dampak terburuk,” ujar dia.
Nina berpendapat, harapan kelompok ini untuk bisa menambah pendapatannya juga kecil. Gelaran Pemilihan Presiden tahun depan, kata dia, akan membuat tingkat investasi di Indonesia melambat yang artinya kecil peluang mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang lebih gede. Otomatis, Nina memprediksi kelompok ini masih harus bertahan dengan tabungannya sampai presiden RI baru terpilih.
“Kira-kira setahun ke depan mereka harus menjaga agar tabungannya cukup untuk dimakan,” kata dia.
Nina mengatakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu kelompok menengah ini adalah dengan menjaga tingkat harga-harga barang. Dia meminta pemerintah mewaspadai perang di Timur Tengah yang berpotensi membuat harga minyak dunia meroket.
Selain itu, dia meminta pemerintah harus bisa menjaga harga bahan pokok seperti beras agar tidak melonjak naik. Sebab kalau tidak, kemampuan masyarakat kelas menengah untuk bertahan akan mengkhawatirkan. “Tetapi semoga tidak seburuk itu,” kata Nina.
Setali tiga uang, Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Tauhid mengatakan kelompok menengah RI merupakan golongan yang paling menderita di tengah kenaikan harga dan gaji yang segitu-gitu saja. Gaji mereka digerogoti inflasi, tapi bukan kelompok yang berhak menerima bantuan sosial dari pemerintah.
“Misalnya tarif BBM kemudian tarif beberapa angkutan, seperti tiket pesawat dan sebagainya, saya kira sisi inflasi itu yang membuat daya beli turun,” kata Tauhid.
Dia mengatakan kondisi ini diperparah dengan pembukaan lapangan kerja yang masih minim. Menurut Tauhid, tingkat pengangguran pada Oktober 2023 memang turun, tapi mayoritas warga RI bekerja di sektor informal. “Sehingga sangat sensitif terhadap goncangan dalam negeri maupun global,” ujar dia.