Efek jangka panjang pandemi Covid-19 terhadap ekonomi diyakini turut berkontribusi dalam munculnya fenomena masyarakat menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari alias makan tabungan. Harga-harga yang naik, sementara masyarakat masih banyak yang setengah menganggur membuat mereka harus menggunakan tabungannya untuk membeli makan dan selimut.
Ekonom Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati menuturkan orang-orang setengah menganggur itu paling banyak ditemui di kelompok masyarakat menengah ke bawah. Mereka adalah pegawai yang dipecat akibat pandemi. Para pegawai ini, sudah mendapat pekerjaan baru, namun gajinya tidak sebesar pekerjaan sebelumnya.
“Setengah menganggur itu artinya mereka masih mencari pekerjaan lain,” kata Ninasapti dalam program Power Lunch di CNBC Indonesia, Rabu (20/12/2023).
Nina mengatakan problem ini bisa muncul karena roda ekonomi pasca-pandemi sudah berjalan dan membuat harga barang konsumsi naik. Namun, kenaikan harga itu tidak diiringi dengan pembukaan lapangan pekerjaan yang memadai. Akibatnya, kata dia, tingkat pengeluaran masyarakat menengah ke bawah sudah kembali seperti sedia kala, namun tidak dibarengi dengan naiknya tingkap pendapatan.
“Kalau pengeluaran naik, tapi pendapatan tetap atau turun, karena dia keluar di-PHK lalu masuk lagi tapi belum dapat pekerjaan yang baik, maka kita lihat akan makan tabungan untuk kelas menengah bawah,” ujar Nina.
Fenomena makan tabungan masyarakat Indonesia setidaknya sudah terbaca sejak pertengahan 2023. Fenomena tersebut terungkap salah satunya melalui survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, terlihat bahwa tingkat konsumsi masyarakat RI mulai meningkat, namun diiringi dengan berkurangnya porsi tabungan.
Survei konsumen bulan Oktober 2023 menunjukkan fenomena makan tabungan ini paling menghantam golongan masyarakat kelas menengah hingga bawah. BI mencatat rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.
Pada bulan Oktober lalu, rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 15,7%. Sementara pengeluaran dan pembayaran cicilan, masing-masing 76,3% dan 8,8%. Padahal, pada survei November 2019, rasio simpanan terhadap pengeluaran masyarakat di Tanah Air masih jauh lebih besar, yakni 19,8%.
Fenomena masyarakat Indonesia makan tabungan masih berlanjut di bulan November 2023. Survei November 2023 memperlihatkan porsi pendapatan konsumen yang disimpan atau saving to income ratio masyarakat Indonesia kembali merosot dari 15,7% pada Oktober menjadi 15,4% pada November. Sebaliknya, proporsi pendapatan konsumen untuk membayar cicilan atau hutang alias debt to income ratio justru naik dari 8,8% di Oktober, menjadi 9,3% di November.