Gencatan senjata di Gaza diperpanjang menjadi 48 jam lagi, demikian disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari. Pernyataan tersebut dikutip dari Al-Jazeera. Qatar berharap kesempatan ini akan digunakan untuk meningkatkan jumlah sandera yang keluar dari Gaza.
Negosiasi selama 48 jam kedepan akan dilakukan, dengan harapan membuka pintu perundingan untuk gencatan senjata yang lebih lanjut serta memastikan pembebasan lebih banyak tawanan sipil. Qatar berperan sebagai mediator konflik Israel dan Hamas, dengan Mesir juga ikut terlibat dalam penyelesaian konflik ini.
Pembebasan 11 warga Israel yang disandera Hamas telah dilakukan sebelum perpanjangan gencatan senjata, dengan imbalan Israel membebaskan 33 tahanan Palestina, sebagian besar di antaranya adalah anak di bawah umur.
Kendati demikian, Gaza mengalami kelangkaan bahan bakar meskipun sudah ada jeda selama empat hari. Kementerian Kesehatan Gaza mengeluhkan masuknya bahan bakar yang masih terbatas, padahal bahan bakar sangat dibutuhkan di rumah sakit di utara Jalur Gaza. Walikota Gaza, Yahya al-Siraj, juga menyampaikan keluhannya terkait hal ini.
Di kota Gaza, gencatan senjata memperlihatkan skala kehancuran yang terjadi. Orang-orang berjalan atau bersepeda di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing melewati mobil-mobil yang hancur dan bangunan yang runtuh. Rumah sakit Al-Shifa di Gaza menjadi titik fokus perang, di mana pemuda Gaza berusaha membersihkan fasilitas tersebut dengan harapan rumah sakit tersebut dapat segera beroperasi kembali.
Selama serangan Israel, sekitar 15.000 orang di Gaza tewas, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita.