Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat instrumen moneter promarket untuk menopang stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi. Instrumen tersebut termasuk Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI). Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa kebijakan ini juga bertujuan untuk mendalami pasar uang dan valas serta menarik investasi asing ke dalam negeri. Hingga Desember 2024, total posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI mencapai Rp940,67 triliun, US$ 2,08 miliar, dan US$ 386 juta secara berturut-turut.
Perry menekankan bahwa penerbitan SRBI telah mendukung masuknya investasi asing dan memperkuat nilai tukar. BI mencatat bahwa kepemilikan investor asing untuk SRBI telah mencapai Rp 233,85 triliun atau 24,86% dari total outstanding. Implementasi primary dealer sejak Mei 2024 juga terus meningkat, dengan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar semakin aktif. Perry menyatakan bahwa semua ini berhasil meningkatkan efektivitas instrumen moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi.
BI berkomitmen untuk terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen promarket baik dari segi volume maupun imbal hasil, guna meningkatkan transmisi kebijakan moneter. Perry mencatat bahwa transmisi kebijakan moneter saat ini berjalan lancar, dengan suku bunga pasar uang yang mencerminkan BI Rate di sekitar 6,13% per tanggal 17 Desember 2024. Selain itu, BI juga terus mendorong aliran investasi asing ke dalam negeri untuk memperkuat ekonomi.