Tabanan, CNBC Indonesia – Sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, Indonesia berhasil menarik 60 ribu peserta dan menjadi pelaksana terbaik dalam 30 tahun sejarah World Water Forum. Sebagai tuan rumah, Indonesia juga telah membuka Museum Air pertamanya di Kabupaten Tabanan.
Pembangunan Museum Air Tabanan ini bertujuan untuk mendukung acara World Water Forum ke-10 yang berlangsung sebelumnya. Konsep, desain, dan eksekusi museum ini berada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR).
Museum ini dibangun di lahan seluas enam hektar yang dimiliki oleh Pemprov Bali, di wilayah Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Museum air subak menjadi salah satu tempat yang dikunjungi oleh delegasi World Water Forum ke-10, yang menghadirkan pengelolaan air dari berbagai negara dan daerah di Indonesia.
Diawali dengan paviliun China yang menyajikan informasi tentang bagaimana China mengelola air secara berkelanjutan dari masa ke masa, termasuk pembangunan bendungan, irigasi, dan pemanfaatan sains. Selanjutnya, terdapat cerita tentang pembangunan DAS Brantas hasil kerja sama antara Indonesia dan Jepang pada tahun 1960.
Museum ini juga memperlihatkan upaya untuk mengurangi erosi di wilayah pantai, seperti Bali, untuk memulihkan dan menjaga ekosistem pantai. Selain itu, terdapat paviliun Korea Selatan yang menunjukkan upaya negara tersebut dalam mengelola air secara berkelanjutan sejak era Joseon.
Selanjutnya, museum ini menampilkan pengelolaan sumber daya air Indonesia dari zaman prasejarah hingga saat ini, termasuk sistem irigasi yang menjadi pilar utama dalam mendukung pertanian Indonesia selama ribuan tahun. Sistem subak Bali, yang merupakan warisan budaya UNESCO, telah digunakan sejak abad ke-9.
Sistem irigasi juga terdapat di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Selain itu, paviliun Jawa, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan Papua juga memperlihatkan kekayaan budaya dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya air.
Paviliun subak menggambarkan bagaimana sistem subak menjadi panutan dalam sistem pertanian, dengan fokus pada pelestarian lingkungan, kesejahteraan petani, pengaturan pengairan, dan tata tanaman. Museum ini memiliki konsep sad kerthi dan the ways of water, yang mencerminkan upaya menciptakan keharmonisan material dan spiritual.
Kunjungan ke museum ini adalah bagian dari acara terakhir World Water Forum ke-10 yang telah ditutup. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi halaman resmi World Water Forum.