World Water Forum ke-10 yang berlangsung di Bali disebut akan meninggalkan legacy atau warisan penting bagi pengelolaan air dunia. Pasalnya, sejak pertama kali dilakukan di Maroko, akan ada high level meeting yang akan dihadiri oleh 48 negara dan organisasi internasional. “Akan ada deklarasi tingkat menteri yang menjadi bagian dari hydro diplomacy. Legacy yang ditinggalkan akan ada compendium concrete deliverables dalam proyek kegiatan yang tidak hanya Indonesia tetapi cakupannya di dunia,” ujar Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Tri Tharyat, Minggu (19/5/2024).
Saat ini sudah ada 108 negara dan 30 organisasi internasional yang akan hadir pada pertemuan tingkat menteri besok. Dia menegaskan, selain meninggalkan legacy, momentum World Water Forum memiliki peran penting untuk permasalahan air dunia.
Tri mengatakan, berdasarkan data PBB pada 2022 sekitar setengah populasi dunia mengalami kelangkaan air parah. Tercatat 2,2 miliar orang hidup tanpa akses terhadap air minum yang dikelola secara aman. Kemudian 3,5 miliar orang kekurangan akses sanitasi. “Pencapaian SDGs ke-6 terkait air dan sanitasi tidak on track, kalau secara umum dari target 2030 di 2023 secara umum negara berkembang baru mencapai 12%,” ujarnya.
Sementara di Indonesia sendiri sudah cukup maju, dengan pencapaian 66% pada 2024. Menurut Tri, sulit mencapai kesepakatan dengan berbagai kepentingan politik negara-negara. Namun, kemampuan diplomasi pemerintah Indonesia bisa memperoleh kesepakatan dalam deklarasi menteri yang akan disahkan pada 21 Mei mendatang.
Nantinya ada 4 hal pokok yang diperjuangkan, yakni penetapan hari danau sedunia. Hal ini menjadi penting karena perhatian pada danau relatif kurang banyak. “Kemudian membentuk centre of excellence isu air dan perubahan iklim. Kemudian apa yang dikenal dengan integrated water resources management khususnya di pulau kecil,” ujar Tri lagi.
Indonesia juga berupaya menggaet sejumlah proyek di bidang air, ada lebih dari 100 proyek yang sudah dikurasi oleh pemerintah.
