Jakarta, CNBC Indonesia-Masa keemasan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kartu debit akan segera berakhir. Kiamat dua teknologi tersebut semakin nyata ketika melihat nilai transaksi perbankan digital Bank Indonesia (BI).
BI mencatat bahwa pada Januari 2024, nilai transaksi perbankan digital mencapai Rp5,335,33 triliun atau meningkat 17,19% year on year (yoy). Di sisi lain, penggunaan layanan kartu ATM, debit, dan kredit pada periode yang sama hanya Rp692 triliun atau hanya tumbuh 2,58% (yoy).
“Nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 39,28% (yoy) mencapai Rp83,37 triliun. Jumlah transaksi QRIS tercatat meningkat 149,46% (yoy) dan mencapai Rp31,65 triliun, dengan jumlah pengguna 46,37 juta dan jumlah pedagang 30,88 juta, yang sebagian besar adalah UMKM,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, dikutip pada Minggu (10/3/2024).
Perry menyatakan bahwa BI sekarang menargetkan agar jumlah pengguna QRIS dapat mencapai 55 juta pengguna pada tahun 2024. Menurutnya, untuk mencapai target tersebut, BI sedang melakukan perluasan kerja sama antarnegara untuk meningkatkan volume transaksi dan mendorong inklusi Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta menjelaskan bahwa BI akan segera mewujudkan kerja sama penggunaan QRIS lintas batas dengan Jepang dan UEA dalam waktu dekat. “Berikutnya mungkin dengan Jepang. Semoga segera dapat diuji coba karena mereka sudah berkunjung dan berdiskusi lebih lanjut dengan kami,” tegas Filianingsih.
Saat ini, QRIS lintas negara sudah dapat digunakan di Thailand, Malaysia, dan yang terbaru adalah Singapura. Dengan Korea Selatan, Indonesia telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.
Filianingsih menyatakan bahwa transaksi menggunakan QRIS yang tidak lagi memerlukan dolar AS mengalami sedikit penurunan pada bulan Januari 2024. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan transaksi wisatawan setelah penggunaan tinggi selama liburan akhir tahun pada bulan Desember 2023.
Filianingsih juga mengatakan bahwa dengan Thailand terjadi penurunan volume tetapi nominalnya tetap naik. Jumlah transaksi inbound adalah 1.121 dengan transaksi outbound 23.715. Nominalnya, Rp368 juta untuk inbound dan Rp10 miliar untuk outbound.
Sementara itu, dengan Malaysia, terjadi peningkatan, dengan volume mencapai 73.300, meningkat 10% untuk outbound. Dari sisi nominal, inbound dari Malaysia ke Indonesia sebesar Rp20 miliar, sementara outbound dari Indonesia ke Malaysia sebesar Rp2,9 miliar.
“Paling banyak wisatawan dari Indonesia ke Malaysia, tapi belanjanya sedikit, justru wisatawan dari Malaysia banyak yang berbelanja. Nah, untuk Singapura volume dan nominalnya juga mengalami penurunan, tapi outbound meningkat, semoga setelah Januari bisa meningkat,” kata Filianingsih.
[Gambas:Video CNBC]
(hsy/hsy)