Media asing kembali menyoroti bagaimana pemilu presiden (pilpres) RI berjalan. Namun kali ini bukan calon presiden (capres) melainkan seorang wanita.
Wanita ini tak lain adalah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Media Hong Kong South China Morning Post (SCMP) memuat artikel khusus dengan judul “Indonesia election 2024: woman whose ‘words carry weight’ could determine winner of presidential polls”.
“Pemilihan presiden Indonesia yang seluruhnya (diikuti) laki-laki pada bulan Februari untuk menentukan pemimpin berikutnya di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini, mungkin akan berada di tangan perempuan,” muat media itu, dikutip Senin (22/1/2024).
“Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, provinsi terbesar kedua di Indonesia, sekali lagi dipandang berperan penting dalam kemenangan presiden-sama seperti ia pada masa jabatan kedua Joko Widodo,” tambah media tersebut menyebut nama panjang Presiden Jokowi.
Hal ini bukan tanpa dasar. Dikatakan bagaimana Jawa Timur merupakan rumah bagi 31 juta pemilih.
Ini juga disebut sebagai “pemimpin pemilu tradisional”, karena suaranya yang dominan. Wilayah ini juga memenangkan Jokowi dalam dua pemilu terakhir.
“Tiga calon kandidat presiden – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan gubernur daerah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan- semuanya telah meminta dukungannya,” tulis SCMP lagi.
“Setelah berunding selama berminggu-minggu, pada tanggal 10 Januari, Khofifah memberikan dukungannya kepada Prabowo, mantan jenderal militer, yang memimpin dalam jajak pendapat dan naik pangkat di kalangan militer yang kuat di bawah naungan mendiang diktator Suharto,” tambahnya.
Dikatakan lagi oleh media itu, bagaimana dukungan Khofifah terhadap Prabowo mungkin terbukti penting. Apalagi di tengah laporan media lokal bahwa Ganjar dan Baswedan mungkin berusaha membentuk aliansi untuk mencegah kemenangan langsung bagi Prabowo dalam pemilu yang dijadwalkan pada 14 Februari dan memaksakan pemilihan putaran kedua pada bulan Juni.
“Prabowo, yang meraih 46,7% suara dalam survei Indikator Politik Indonesia pada bulan Desember, harus mendapatkan setidaknya 50% suara nasional untuk menggantikan Widodo. Jika tidak, dua kandidat teratas akan bertarung pada putaran kedua,” muat media tersebut lagi.
“Sebagai pemimpin senior di Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di negara Muslim terbesar di dunia, pengaruh Khofifah meluas hingga memilih bank-bank di luar Jawa Timur,” kata SCMP.
“Dukungannya terhadap Widodo dianggap sebagai salah satu alasan kemenangan mudahnya di Jawa Timur untuk masa jabatan kedua pada tahun 2019, kata orang-orang yang dekat dengan kedua politisi tersebut. Peringkat dukungan terhadap dirinya di wilayah kaya suara berada di atas 70%,” tambahnya.
Dimuat juga bagaimana di kalangan NU, Khofifah memecahkan preseden setelah ia terpilih untuk masa jabatan ketiga sebagai ketua sayap perempuan Muslimat. Menurut perkiraan para analis, tulis media tersebut, organisasi itu memiliki lebih dari 30 juta anggota.
“Dukungan yang hampir bulat terhadap Khofifah mendorong organisasi tersebut bahkan mengubah peraturannya – yang hanya mengizinkan seorang individu untuk menjabat sebagai ketua selama dua periode,” ujar SCMP.