Meskipun Ekonomi Tumbuh di Atas 5%, Warga RI Tetap Menggunakan Tabungan untuk Makanannya

by -131 Views

Kinerja ekonomi Indonesia masih mencatatkan performa positif. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah mengaku bangga karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga di kisaran 5% secara beruntun sejak kuartal IV-2021 sebesar 5,02% hingga kuartal II-2023 sebesar 5,17%. Inflasi juga dianggap tetap berada di level yang terjaga.

Namun, kondisi ekonomi yang diklaim pemerintah sangat baik itu nampaknya tidak dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Gaji yang stagnan dan harga kebutuhan pokok yang merangkak naik membuat sebagian warga RI terpaksa menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan harian.

Fikri, warga Jakarta berusia 29 tahun yang bekerja sebagai satuan pengaman, mengalami hal ini. Dia mengaku dalam tiga bulan ini terpaksa mengambil tabungannya untuk menyambung hidup di akhir bulan. Sebelumnya, gajinya selalu cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan sebagian uangnya masih bisa ditabung. Namun, kini harga-harga kebutuhan sehari-hari memang melonjak, membuatnya terpaksa mengambil tabungannya. Untuk menambal jumlah tabungan yang tersedot itu, Fikri akhirnya memilih untuk mengambil pekerjaan sambilan sebagai pengendara ojek.

Tak hanya Fikri, survei yang dilakukan Bank Indonesia pada Oktober 2023 juga menunjukkan bahwa banyak warga Indonesia harus menggunakan tabungannya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.

Berdasarkan data BI, kelompok masyarakat dengan pendapatan Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta mengalami penurunan rasio simpanan terhadap pendapatan paling dalam, sebesar 460 basis poin (bps). Dan hal ini berdampak pada pertumbuhan simpanan masyarakat Indonesia yang tumbuh seret, bahkan per Oktober 2023 dana pihak ketiga (DPK) perbankan hanya tumbuh 3,9% secara tahunan (yoy).

Dalam periode yang sama, data BI juga menunjukkan bahwa Giro dan tabungan masing-masing mengalami kontraksi 1,3% ytd dan 1,4% ytd. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup harian.

Ekonom senior Indonesia, Chatib Basri, mengatakan fenomena makan tabungan erat kaitannya dengan inflasi. Meskipun pemerintah dan BI berhasil membuat inflasi tetap terjaga, upaya tersebut juga berimbas pada daya beli, yang menyebabkan lemahnya penempatan dana masyarakat di bank.