Jokowi Mengirim Peringatan Ancaman Krisis Pangan Global, RI Waspada!

by -200 Views
Jokowi Mengirim Peringatan Ancaman Krisis Pangan Global, RI Waspada!

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ancaman krisis pangan dunia nyata. Sehingga Indonesia harus memiliki strategi besar supaya pangan Indonesia bisa mandiri.

“Kita tahu ancaman krisis pangan global, ancaman krisis pangan dunia betul-betul nyata sudah terjadi,” kata Jokowi usai Groundbreaking PSN Kawasan Industri Pupuk Fakfak, Kamis (23/11/2023).

Ia melihat kedaulatan pangan yang harus dikejar tidak hanya komoditas beras, melainkan juga kedelai, jagung, hingga gula yang masih bergantung dengan negara lain.

“Swasembada pangan tidak hanya urusan beras saja, gula urusan kedelai, dan jagung dan lainnya kita memang masih tergantung negara lain,” sambungnya.

Sehingga penting bagi Indonesia untuk mendorong pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanam. Termasuk membangun kawasan industri pupuk di Papua.

“Dan memang wilayah Indonesia bagian timur memang tidak ada industri pupuknya sehingga memang harus dibangun sehingga bisa efisien transportasinya dan harganya murah bagi petani,” tutur Jokowi.

Adapun kawasan industri pupuk Fakfak ini ditargetkan rampung pada 2038 mendatang. Diharapkan kawasan pabrik senilai Rp 30 triliun ini bisa memproduksi pupuk 1,15 juta ton urea dan 825 rubu ton amonia setiap tahun.

Kepala Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut perubahan iklim membuat dampak pada perekonomian hingga ketahanan pangan. Sehingga diprediksi 2050 dunia akan menghadapi krisis pangan.

Hal ini diungkapkan Dwikorita dalam acara Federation of ASEAN Economist Association (FAEA 46) Conference di Yogyakarta, Jumat (17/11/2023).

“Perubahan iklim yang terjadi saat ini membawa dampak serius bagi perekonomian seluruh negara, tanpa terkecuali, termasuk dalam hal ketahanan pangan. Apabila situasi ini terus dibiarkan, maka Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi tahun 2050 mendatang dunia akan menghadapi krisis pangan,” ungkap Dwikorita.

Ia menjelaskan berdasarkan catatan World Meteorological Organization (WMO), tahun 2023 menjadi tahun penuh rekor temperatur. Kondisi ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dimana heatwave (gelombang panas) terjadi banyak tempat secara bersamaan.

Sementara itu, kata dia, Juni hingga Agustus merupakan tiga bulan terpanas sepanjang sejarah dan bulan Juli 2023 menjadi bulan paling panas. Realitas perubahan iklim tersebut, menjadikan tahun 2023 berpeluang menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim, mengalahkan tahun 2016 dan tahun 2022.

“Perubahan iklim memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah semakin langka dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai water hotspot,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Dwikorita menyampaikan bahwa ancaman krisis pangan pada akhirnya juga akan merembet dan berdampak pada krisis lainnya termasuk ekonomi dan politik sehingga mengganggu stabilitas dan keamanan negara.

Oleh karena itu, kata dia, sebelum terlambat maka berbagai aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu dilakukan. Diantaranya, dengan perubahan gaya hidup dan mengedepankan pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan.