Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan proyeksi perekonomian tahun depan yang akan berat. Hal itu dia sampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri dan dihadiri ratusan kepala daerah.
“IMF (International Monetary Fund memprediksi bahwa perekonomian 2024 itu akan melemah atau bahkan lebih lemah dibanding 2023,” kata Sri Mulyani dalam sambutannya Senin (6/11/2023).
Sri Mulyani awalnya menjelaskan bahwa inflasi bukan hanya fenomena lokal, namun juga dipengaruhi kondisi global. Karena itu, kata dia, kepala daerah mesti memahami perekonomian dunia.
Dia bilang kondisi global saat ini sedang penuh ketidakpastian. Negara besar seperti Amerika Serikat, Cina dan kawasan Eropa sedang dalam kondisi yang tidak mudah dan berdampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Karena kawasan ini mempengaruhi dunia lebih dari 40%,” kata dia.
Dia mengatakan Amerika sekarang sedang dilanda inflasi tinggi. Untuk mengerem inflasi itu, kata dia, bank sentral The Fed menaikkan suku bunga acuan yang cukup ekstrem, yaitu 5% dalam jangka waktu hanya 14 bulan.
“Ini telah menyebabkan capital outflow dari seluruh negara, modal itu kembali disedot ke Amerika,” kata dia.
Inilah yang kata dia menyebabkan mata uang seluruh negara mengalami depresiasi. Depresiasi, kata dia, menyebabkan inflasi barang impor atau imported inflation.
Sri Mulyani mengatakan kondisi China tidak lebih baik karena ekonominya sedang lesu. Pelemahan ekonomi Cina menyebabkan harga komoditas andalan Indonesia turun.
“Untuk bapak ibu sekalian yang menghasilkan komoditas seperti CPO atau batu bara akan terasa sekali dinamika itu setahun lalu versus sekarang,” katanya.
Dia mengatakan di Eropa, sedang terjadi konflik Ukraina versus Rusia. Konflik itu, kata Sri Mulyani, berpotensi melebar ke Timur Tengah dengan adanya konflik Israel versus Hamas.
Sri Mulyani meminta kepala daerah untuk mengetahui situasi tersebut. Sebab, mau tak mau konflik dan kondisi ekonomi negara lain bakal berpengaruh ke Indonesia.
“Kita harus terus waspadai karena bertubi-tubi maka perekenomian dunia juga terpengaruh menjadi lebih lemah karena setiap kali mau pulih setelah Covid terkena gejolak karena perang atau harga komoditas,” kata dia.
Karena itu, Sri Mulyani mengatakan IMF memproyeksikan kondisi perekonomian di 2024 akan melemah dibandingkan 2023. Termasuk Indonesia. “Banyak negara merevisi pertumbuhan perekonomiannya,” kata dia.
Dia mengatakan pemerintah telah berupaya untuk meredam gejolak global tersebut dengan menggunakan APBN sebagai shock absorber. Dia meminta agar pemerintah daerah mencontoh dengan menggunakan APBD sebagai shock absorber guna menghadapi guncangan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.
“Kalau size APBN besar sekali karena shock absorbernya memang besar. Tapi Bapak Ibu bisa gunakan APBD untuk melakukan shock absorber entah itu sisi supply sidenya, distribusi logistik atau dari sisi demand side,” kata dia.