Guru ngaji merupakan salah satu perhatian utama dari bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Mahfud, mengacu pada survei Kementerian Agama yang menyatakan bahwa sekitar 65% dari guru ngaji memiliki pendapatan di bawah upah minimum regional (UMR). Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan mengingat tanggung jawab besar yang dimiliki oleh guru ngaji.
Karena itu, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pun menjanjikan insentif sebesar Rp 1 juta per bulan kepada guru ngaji.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan bahwa besaran anggaran dana insentif masih realistis. Terlebih lagi jika dilihat dari besarnya Anggaran dan Pendapatan Negara (APBN) terutama untuk layanan pendidikan.
Piter juga menjelaskan bahwa pasangan calon (paslon) Ganjar Pranowo-Mahfud sangat fokus pada penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kesejahteraan guru ngaji merupakan bagian dari penguatan SDM.
Terkait program insentif guru ngaji, Mahfud belum menjelaskan secara rinci dari mana anggaran tersebut akan diambil. Piter menjelaskan bahwa anggaran dana insentif bisa diambil dari penghematan anggaran sejumlah pos serta memaksimalkan penyerapan anggaran pendidikan ataupun dana desa.
Dalam penelusuran CNBC Indonesia, rata-rata anggaran pendidikan hanya terserap 92,9% dan setiap tahunnya, anggaran yang tidak terserap mencapai Rp 37,74 triliun. Banyaknya anggaran pendidikan yang tidak terserap inilah yang bisa dimanfaatkan untuk insentif guru ngaji.
Anggaran pendidikan tersebar ke berbagai kementerian/lembaga, termasuk Kementerian Agama, yang juga selalu tidak terserap sepenuhnya. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata anggaran Kementerian Agama yang tidak terserap mencapai Rp 2,4 triliun. “Kalau anggaran pendidikan yang melimpah tinggal bagaimana merealisasikan anggaran ini biar maksimal,” tutur Piter.