Iran telah menegaskan komitmennya untuk mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) meskipun baru saja menyetujui undang-undang yang membatasi kerja sama teknis dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap serangan udara Israel terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang dilakukan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa Iran tetap komit pada NPT dan Perjanjian Pengamanannya. Kerja sama dengan IAEA akan dialihkan melalui Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran untuk alasan keselamatan dan keamanan yang jelas, sesuai dengan undang-undang yang baru disetujui oleh Majlis.
Terkait konflik dengan Israel, Araghchi juga mengkritik dukungan Jerman terhadap serangan Israel ke Iran. Menurutnya, seruan Jerman untuk menghentikan pengayaan nuklir di Iran sama dengan menolak kesepakatan nuklir tahun 2015. Ia juga menilai bahwa dukungan Jerman terhadap serangan tidak sah AS terhadap fasilitas nuklir Iran adalah memalukan dan melanggar hukum internasional, NPT, dan Piagam PBB.
Konflik antara Iran dan Israel dimulai pada 13 Juni dengan serangan udara Israel terhadap situs militer dan nuklir Iran yang kemudian diikuti oleh AS. Setelah 12 hari berkonflik, Israel dan Iran sepakat untuk gencatan senjata sejak 24 Juni. Hal ini menjadi poin penting dalam hubungan kedua negara yang selama ini tegang.