Iran masih memiliki cadangan uranium yang cukup besar untuk menciptakan hingga sembilan bom nuklir meskipun fasilitas nuklirnya telah diserang oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel. Menurut Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dalam sebuah laporan Al Jazeera yang mengutip wawancara CBS News, sejumlah fasilitas penting Iran mengalami kerusakan akibat serangan, tetapi sebagian masih tetap beroperasi sehingga pengayaan uranium bisa segera dimulai kembali.
Rafael Grossi juga menyebut bahwa Iran memiliki persediaan uranium yang telah diperkaya hingga 60%, cukup mendekati tingkat yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir. Jika uranium tersebut dimurnikan lebih lanjut, persediaan tersebut secara teoritis cukup untuk membuat lebih dari sembilan bom nuklir, meskipun ada ketidakjelasan mengenai kondisi bahan Uranium pasca-serangan.
Pada sisi lain, laporan CNBC International mencatat bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan pemberian insentif ekonomi kepada Iran sebagai imbalan atas penghentian peningkatan uranium dalam beberapa hari terakhir. Proposal insentif tersebut juga berpotensi memberikan bantuan hingga US$30 miliar kepada Iran untuk membangun program nuklir sipil.
Kesepakatan potensial antara AS dan Iran akan menandai perubahan besar dalam kebijakan Presiden Trump yang sebelumnya menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran pada tahun 2018. Namun, masih belum jelas apakah proposal keuangan tersebut atau negosiasi lainnya akan berlanjut. Dalam sebuah posting di Truth Social, Trump menolak ide tersebut dan menyebutnya sebagai hoaks yang dibuat oleh berita palsu.