Bumi terus mengalami pemanasan ekstrem, yang terkonfirmasi oleh data terbaru dari Uni Eropa yang menunjukkan bulan Mei 2025 sebagai bulan Mei terpanas kedua dalam sejarah, baik di daratan maupun lautan. Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S), suhu permukaan rata-rata global naik hingga 1,4°Celcius di atas level pra-industri, mendekati rekor tertinggi pada Mei 2024. Direktur C3S, Carlo Buontempo, mengungkapkan bahwa tren pemanasan global yang konsisten mencatatkan Mei 2025 sebagai salah satu bulan dengan suhu di atas 1,5°C. Fenomena ini tidak hanya terjadi di daratan, namun juga di lautan, di mana suhu rata-rata permukaan laut global mencapai 20,79°C, menjadikan Mei 2025 sebagai bulan Mei terpanas kedua dalam catatan sejarah.
Selain itu, gelombang panas laut regional yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di wilayah Atlantik Utara dan Laut Mediterania, yang berdampak luas terhadap ekosistem laut. Badai yang lebih kuat, kerusakan terhadap ekosistem laut, dan hambatan distribusi nutrisi menjadi beberapa dampak negatif yang disorot oleh Copernicus. Konteks perubahan iklim dan dampak nyata dari pemanasan global juga menjadi sorotan utama dalam Konferensi Kelautan PBB (UNOC) di Prancis.
Tak hanya suhu tinggi, kekeringan ekstrim juga menjadi perhatian, terutama di Eropa. Negara-negara seperti Inggris, Denmark, dan Belanda mengalami kekeringan terparah dalam beberapa dekade terakhir, diiringi dengan curah hujan dan kelembaban tanah terendah sejak 1979. Selama periode Juni 2024 hingga Mei 2025, suhu global rata-rata tercatat 1,57°C lebih tinggi dari era pra-industri, melampaui target Perjanjian Paris 2015 yang menetapkan batas kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.
Para ilmuwan dan laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa peluang pemanasan global secara konsisten di atas 1,5°C sangat tinggi. Upaya percepatan transisi energi bersih dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil mendesak agar dapat mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim ini. Dengan tren saat ini, dunia dihadapkan pada kenormalan baru dari kondisi iklim ekstrem yang semakin mengkhawatirkan.