Hilirisasi batu bara telah menjadi sorotan utama dalam industri energi dan sumber daya mineral, terutama setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan prestasi Sasol Ltd. dari Afrika Selatan dalam mengubah batu bara menjadi minyak. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menjelaskan bahwa Sasol telah berhasil memcairkan batu bara menjadi sekitar 300 ribu barel per hari. Hal ini menunjukkan potensi hilirisasi batu bara yang besar.
Di sisi lain, negara lain seperti Jerman juga pernah melaksanakan program hilirisasi serupa sejak tahun 1927. Namun, program ini hanya berjalan hingga tahun 1945 karena dianggap tidak ekonomis. Di Indonesia, PT Bukit Asam Tbk saat ini sedang merencanakan proyek hilirisasi batu bara menjadi gas bersama dengan PT PGN (Persero). Proyek Synthetic Natural Gas (SNG) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan, menjadi fokus utama dalam program ini.
Dengan proyek hilirisasi batu bara menjadi gas, diharapkan Indonesia dapat mengoptimalkan sumber daya alamnya dan mengurangi ketergantungan pada impor LNG. Arsal Ismail, Direktur Utama PTBA, menegaskan bahwa proyek ini diharapkan bisa bersaing dengan harga LNG impor. Dengan adanya upaya hilirisasi batu bara ini, diharapkan Indonesia dapat keluar sebagai pemain utama dalam industri energi yang ramah lingkungan dan efisien.