Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan mengenai periode pasca Lebaran yang diprediksi akan menjadi bulan terpanas di Indonesia. Hal ini dikarenakan berakhirnya fenomena cuaca La Nina pada bulan April, yang kemudian diikuti oleh masuknya musim kemarau. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, kondisi ini diharapkan akan menciptakan cuaca yang kondusif bagi Indonesia.
Berdasarkan pemantauan indeks IOD dan ENSO, pada Dasarian I Maret 2025, IOD berada dalam kategori Netral dengan indeks -0.31. Prediksi menunjukkan bahwa fase IOD Netral diperkirakan akan berlangsung hingga semester kedua tahun 2025. Sementara itu, anomali SST di Nino 3.4 menunjukkan indeks sebesar 0.30, yang menunjukkan kondisi ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.
Dwikorita menjelaskan bahwa musim kemarau di Indonesia telah dimulai secara bertahap sejak bulan Maret, dan akan terus berlanjut hingga bulan April. Beberapa wilayah di Indonesia diprediksi akan terdampak oleh musim kemarau ini. Adapun wilayah-wilayah seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur akan memasuki musim kemarau pada bulan April. Secara bertahap, musim kemarau akan meluas ke wilayah lain seperti sebagian Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan pada bulan Mei.
Dalam hal pertanian, Dwikorita menyarankan agar petani dapat menyesuaikan jadwal tanam dengan musim kemarau di wilayah masing-masing. Hal ini meliputi pemilihan varietas tanaman yang tahan kekeringan serta optimalisasi pengelolaan air di daerah yang kemarau lebih kering dari biasanya. Selain itu, wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau yang lebih basah diharapkan dapat memanfaatkan kondisi ini dengan memperluas lahan sawah guna meningkatkan produksi pertanian.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan bahwa musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut seperti ENSO dan IOD. Meskipun demikian, adanya beberapa wilayah Indonesia yang berpotensi menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya, menjadikan pentingnya tetap waspada terhadap kemungkinan hujan di musim kemarau ini.