Kelompok militan Houthi yang didukung Iran mengancam akan melanjutkan operasi maritim terhadap Israel jika negara tersebut tidak mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Ancaman ini muncul di tengah tekanan internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Sejak 2023, Houthi telah meluncurkan ratusan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, termasuk terhadap personel militer Amerika Serikat. Kelompok ini telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, dengan aksi-aksinya mengganggu jalur perdagangan global dan memaksa kapal-kapal untuk mengambil rute yang lebih panjang.
Wakil Kepala Otoritas Media Houthi, Nasruddin Amer, menyampaikan bahwa pemimpin kelompok, Abdul Malik al-Houthi, memberikan tenggat waktu kepada Israel untuk mengakhiri blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, Houthi siap melanjutkan operasi maritimnya. Kelompok Houthi memberikan Israel batas waktu empat hari untuk mencabut larangan tersebut. Israel telah melarang masuknya bantuan ke Gaza setelah perundingan gencatan senjata dengan Hamas kandas awal Maret ini.
Israel meningkatkan keamanan di Laut Merah dengan sistem pertahanan canggih untuk menghadapi ancaman dari Houthi. Langkah Israel menghentikan pasokan listrik ke Gaza dapat memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut. Upaya mediasi terus dilakukan oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar guna mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas, termasuk dalam pembebasan sandera dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza. PBB telah menolak upaya Israel untuk mengumpulkan pasokan bantuan yang melintasi perbatasan Kerem Shalom sebelum ditutup. Situasi ini membawa konsekuensi yang sangat berat, mengingat kebutuhan mendesak di Gaza.