Mengapa Banyak Warga Arab Memilih untuk Menjadi Atheis

by -160 Views
Mengapa Banyak Warga Arab Memilih untuk Menjadi Atheis

Sebuah fenomena muncul di kawasan Timur Tengah. Dalam beberapa survei terungkap kenaikan jumlah penganut ateisme di sana. Pada laporan BBC International tahun 2019 disebutkan penduduk tidak beragama pada 2019 mencapai 13%. Jumlah itu naik dari 8% pada 2013 lalu. Di tingkat regional juga terdapat fenomena serupa. Di Iran, misalnya, 47% dari 40 ribu responden pada riset ‘Iranian’s Attitudes Toward Religion (2020) mengaku sebagai ateis. Turki, negara dengan 99% penduduk muslim juga mengalami peningkatan jumlah warga yang mengaku ateis selama 10 tahun terakhir. Pada laporan Konda tahun 2019, terdapat penurunan warga Turki yang menganut Islam dari 55% menjadi 51%. “Penurunan ini bukan beralih ke agama lain tetapi menjadi ateis,” bunyi laporan itu. Laporan Universitas Al-Azhar Kairo tahun 2014 mengungkapkan 10,7 juta dari 87 juta penduduk Mesir mengaku ateis. Jumlah tersebut adalah 12,3% dari populasi negara tersebut. Fenomena itu, Hannah Wallace dalam artikel ‘Men without God: The Rise of Atheism in Saudi Arabia’ (2020) mengatakan berasal dari sikap politik pemerintah yang menggunakan agama. Hal ini terjadi di Arab Saudi. Sikap itu membuat penduduk kritis menolak dan menganggapnya sebagai politisasi. Mudahnya akses dan interaksi dengan kelompok yang sama di dunia maya juga mempengaruhi pandangan tersebut. Salah satu contohnya juga terjadi di Turki. Kepemimpinan Erdogan membuat konsep sekularisme Turki bergeser. Sementara itu menurut Tamer Fouad, koresponden hubungan internasional Guardian, terdapat dua alasan peningkatan ateisme di Arab. Salah satunya adalah pandangan negatif pada agama, seperti penghancuran masjid, pembakaran gereja, hingga aksi kekerasan lain atas nama agama. Alasan lainnya adalah kegagalan kepemimpinan partai dan tokoh islam pasca Arab-Spring. Musim semi Arab menghadirkan demokratisasi dan perbaikan ekonomi kenyataannya gagal dilakukan banyak negara yang dipimpin dua pihak. Kegagalan menaikkan kualitas kehidupan politik dan ekonomi masyarakat lebih baik membuat rakyat kecewa. Akhirnya, mereka tak memilih partai dan tokoh Islam sebagai pemimpin dan juga tidak hidup dengan agama. Namun langkah ini tak mudah. Brian Whitaker di Al-bab mengatakan orang Arab tak beragama sangat berbahaya karena bisa dikucilkan lingkungan serta mendapatkan hukuman mati dari negaranya.