Ungkapan Efek Menakutkan Perubahan Iklim Terungkap oleh Peneliti BRIN

by -156 Views

Setelah El Nino kuat tahun ini, Indonesia diprediksi akan mengalami satu kali lagi El Nino sebelum tahun 2030. Namun, El Nino yang kedua kalinya tersebut diprediksi tidak akan melampaui intensitas El Nino saat ini. Di sisi lain, frekuensi El Nino diprediksi akan terjadi lebih sering atau dengan rentang waktu semakin cepat. Sebagai efek domino perubahan iklim yang melanda dunia saat ini dan memicu kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celsius.

Hal itu disampaikan Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin dalam webinar BRIEF ‘Kolaborasi Riset Kejadian Ekstrem Laut-Atmosfer Indonesia’, Jumat (30/10/2023). Dalam webinar tersebut, Erma memaparkan pemodelan BRIN yang memproyeksi siklus fenomena iklim El Nino di Indonesia sampai tahun 2030.

“Apakah siklus El Nino akan tetap reguler? Tidak,” kata Erma.

“Kalau dulu disebut siklus regulernya 2-5 tahun. Jadi, beda-beda ya, ada yang setiap 2 tahun, ada yang setiap 5 tahun. Kalau yang setiap 2 tahun itu yang kecil-kecil, (anomali kenaikan suhu) tidak sampai 1 (derajat Celsius), cepat luruh, 9 bulan sudah selesai. Jadi yang intensitasnya lemah sampai moderat, tidak parah,” jelasnya.

Selain itu, kata dia, ada El Nino ekstrem, yang terjadi setiap 15 tahun sekali.

“Tahun 1982 ke tahun 1997, itu kan El Nino ekstrem, itu 15 tahun kan ya. Lalu dari tahun 1997 ke 2015, itu juga masih lama (18 tahun). Pada saat itu, suhu (bumi) belum (mengalami kenaikan) 1,5. Nah, sekarang tahun 2023, dari tahun 2015, berarti hanya 8 tahun. Tahun 2015 itu ekstrem, tahun 2023 ini apakah ekstrem belum tahu, tapi sudah kuat, sudah 2 (kenaikan suhu),” katanya.

“Artinya, siklus El Nino yang ekstrem saja, sekarang sudah tidak setiap 15 tahun lagi, tapi 7 tahun sekali. Artinya ada perubahan,” ujar Erma.

Hanya saja, kata dia, perubahan siklus El Nino yang menjadi semakin cepat itu tidak lantas menyebabkan El Nino akan bisa terjadi setiap 6 bulan. Karena satu siklus hidup El Nino adalah 9 bulan.

“Kalau terjadi setiap 1 tahun sekali itu sudah wow sekali,” tukasnya.

“Tapi, yang jadi concern kita bukan hanya soal siklusnya. Tapi, intensitasnya, durasinya, severenya,” ujar Erma.

Gorila El Nino

Dia pun menuturkan, pengalaman El Nino yang melanda Indonesia tahun 2015. Pada saat itu, kata dia, berbagai prediksi soal El Nino tahun 2015 meleset, baik dari segi durasi maupun intensitasnya.

“Pada tahun 2014, semua model prediksi mengira menuju ke akhir musim hujan itu akan terjadi El Nino. Eh tidak tahunya tidak jadi El Nino. Baru tahun 2015 mau masuk peralihan. Dan orang tidak menduga, ‘ah paling lemah’. Ternyata mencapai 2. Orang-orang juga menganggap, ‘ah paling 9 bulan luruh’. Ternyata tidak juga. Total lamanya El Nino pada saat itu 18 bulan,” tambah Erma.

Lalu, tuturnya, pada saat itu Ahli El Nino NOAA Michael McPhaden memberikan kuliah di ITB. McPhaden, ujarnya, mengatakan El Nino tahun 2015 tidak bisa dipecahkan oleh pemodelan apa pun.

“Kita bisa katakan McPhaden ini mbah-nya El Nino, dari NOAA. Dia yang pertama kali menciptakan model prediksi El Nino. Dia bilang pada saat itu, ‘ini Gorila El Nino tidak bisa terpecahkan oleh model apa pun di kami’. Pada saat itu orang-orang sangat tertarik soal El Nino 2015. Bingung semua. Kenapa bisa bertahan selama itu di strong El Nino?” kata Erma.

“Ini yang mendasari saya, jangan-jangan tahun 2023 ini, kita berharap-harap cemas, mudah-mudahan jangan kaya 2015 nih. Semua ilmuwan concern ke sana,” ujarnya.

Terkait potensi Indonesia bisa mengalami kondisi serupa, Erma mengatakan, saat ini para peneliti masih menunggu. Yang jelas, menurutnya, dalam teori El Nino, jika masih fase naik dalam 1 siklus hidupnya, tidak ada peluang El Nino akan menurun.

“Apakah kita akan ada potensi Gorila El Nino? Kita tidak tahu, semua ilmuwan kini masih wait and see, harap-harap cemas. Karena baru pertama kali dalam sejarah, El Nino terbentuk saat suhu bumi sudah lebih 1,5 derajat Celsius. Ini yang kemungkinan memberi andil akan mempertahankan El Nino. Karena ada supply over heat itu,” terang Erma.

El Nino Lagi

Di sisi lain, Erma mengungkapkan, berdasarkan pemodelan terbaru yang dilakukan timnya di BRIN, dalam rentang waktu sampai tahun 2030, Indonesia akan mengalami El Nino lagi.

“Sampai 2030 akan ada 2 kali El Nino. Pertama yang tahun 2023 sekarang ini, namun yang lebih kuat ya 2023-2024 ini,” katanya.

“Nah yang kedua itu kan El Nino lemah lalu sempat turun lagi dan naik lagi. Jadi seperti 3 kali tapi yang benar-benar El Nino hanya 2 kali saja (sampai tahun 2030),” pungkas Erma.