Ngertakeun Bumi Lamba 2025 di Gunung Tangkuban Parahu: Sebuah Panggilan untuk Merawat Bumi

by -544 Views

Ketika Gunung Bicara Lewat Doa

Di bawah kabut tipis yang menyelimuti lereng Gunung Tangkuban Parahu, ribuan orang dari berbagai penjuru Nusantara berdiri dalam diam. Langkah mereka perlahan, seolah takut mengusik bumi yang sedang mereka pijak. Hari itu, Sabtu (22/6/2025), mereka datang untuk memenuhi panggilan hati: mengikuti Ngertakeun Bumi Lamba, sebuah ritual kuno yang masih menggetarkan hingga kini.

Belajar dari Kearifan Leluhur

Ngertakeun Bumi Lamba berasal dari bahasa Sunda yang berarti merawat bumi yang luas. Lebih dari sekadar ritual, ia adalah pengingat bahwa bumi bukan sekadar tempat tinggal, tetapi rumah yang harus dipelihara. Tradisi ini sudah dikenal sejak kerajaan Sunda kuno, lalu dihidupkan kembali pada 1964 oleh R.M.H. Eyang Kanduruan Kartawinata.

Begitu doa dimulai, suara karinding lirih menyapa, diikuti harmoni angklung, tabuhan Minahasa, hingga genta Bali. Semua berpadu dalam satu nada: rasa syukur dan janji untuk menjaga bumi.

Pesan yang Menginspirasi

Tak hanya sekadar doa, para tokoh yang hadir membawa pesan yang menyentuh hati.

  • Bapak Wiratno: “Budaya yang sejati adalah saat kita bisa menyerahkan bumi dalam keadaan baik kepada mereka yang bahkan belum lahir.”
  • Andy Utama: “Jangan pernah berhitung dengan semesta. Kalau semesta mulai menghitung dengan kita, kita akan menyesal.”
  • Mayjen Rido: menyebut upacara ini sebagai “pengadilan batin.”
  • Panglima Dayak: “Alam tidak butuh manusia. Manusia yang butuh alam.”
  • Panglima Minahasa: “Gunung adalah penjaga masa depan. Di sinilah Bhineka Tunggal Ika nyata. Di sinilah Pancasila hadir. Merdeka!”

Dari Doa ke Aksi

Nilai yang diajarkan tidak berhenti di bibir. Komunitas Arista Montana bersama Yayasan Paseban telah menanam lebih dari 15.000 pohon puspa, damar, bambu, dan banyak lainnya di Megamendung dan Gunung Gede-Pangrango. Mereka menunjukkan bahwa merawat bumi dimulai dari tindakan kecil, yang dilakukan dengan cinta dan kesungguhan.

Baca juga: Andy Utama dan Cinta Bumi dalam Aksi Nyata

Janji yang Tak Boleh Luntur

Menjelang akhir, pekikan lantang “Taariu! Taariu! Taariu!” menggema, memecah hening. Itu bukan sekadar teriakan, melainkan janji dari hati: bumi akan dijaga, leluhur akan dihormati, dan manusia akan tetap tahu cara bersyukur.

Saat peserta pulang, wajah-wajah mereka tampak teduh. Di dalam dada masing-masing, tersimpan janji: untuk terus merawat bumi, untuk tidak melupakan warisan leluhur, untuk hidup dengan penuh rasa hormat pada alam.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam