Korea Selatan akan menutup tambang batu bara terakhir yang dikelola negara pada 1 Juli 2025, menandai akhir dari era tambang batu bara Dogye yang pernah menjadi tulang punggung ekonomi regional. Komunitas batu bara tersebut berkembang pesat pada tahun 1960-an dan 70-an, menjadi simbol kemakmuran kelas pekerja di wilayah tersebut.
Industri batu bara mulai berkembang pesat sejak tahun 1961 ketika undang-undang dibuat untuk membuka jalan bagi pengembangan tambang berskala besar. Pada 1966, batu bara menjadi sumber energi dominan Korea, menyuplai 45,7% energi primer negara tersebut. Namun, industri batu bara ini akan ditutup mulai 1 Juli 2025.
Sebelumnya, batu bara telah menjadi sumber energi utama Korea setelah Perang Korea 1950-53. Batu bara digunakan sebagai penggagas ekonomi dengan prioritas pemerintah pada infrastruktur kereta api dan energi. Namun, penurunan dramatis terjadi setelah Korea mengalami lonjakan harga minyak dunia, yang menyebabkan pemerintah beralih ke pemasokan gas alam cair dan merestrukturisasi industri batu bara.
Saat ini, nuklir telah menggantikan batu bara sebagai sumber listrik utama di Korea, dengan 31,7% total produksi listrik. Meskipun batu bara masih memiliki porsi 28,1%, namun kebijakan ramah lingkungan dan ketergantungan pada nuklir mengarah pada penurunan penggunaan batu bara. Pejabat di Korea Coal Corp. mengonfirmasi bahwa semua pekerja di Tambang Batu Bara Dogye akan pensiun.
Dengan penutupan tambang batu bara terakhir di Korea, industri batu bara domestik saat ini menghadapi perubahan besar dalam sumber energi dan kebijakan energi yang lebih ramah lingkungan. Semua pekerja di Tambang Batu Bara Dogye, usia rata-rata mereka sekitar 55 tahun, akan pensiun dengan penutupan tambang tersebut.