Terdapat tiga saham yang sedang menjadi perhatian di pasar saat ini, yaitu PGEO, MBMA, dan TPIA. Ketiga saham ini mendapatkan dorongan kuat melalui kemitraan strategis dengan INA dan Danantara. Sebagai contoh, PGEO baru-baru ini menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Danantara untuk mengembangkan kapasitas panas bumi hingga 3.000 MW.
Menurut Hendra, “PGEO menguatkan perannya sebagai tulang punggung dalam transisi energi nasional.” Sementara itu, saham MBMA juga berhasil menjalin kerja sama strategis dalam proyek HPAL dengan Huayou dan CATL, yang akan memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia. Proyek ini membuat saham MBMA menargetkan kenaikan menuju Rp 480 karena posisinya yang semakin kuat di ekosistem nikel nasional.
Di sisi lain, TPIA juga bermitra dengan INA dan Danantara dalam proyek Chlor-Alkali dan EDC senilai USD 800 juta untuk memperkuat kapasitas bahan baku industri kimia dan energi nasional. Hendra menekankan bahwa keterlibatan INA dan Danantara bukan hanya sebagai dukungan jangka pendek, tetapi juga bagian dari strategi industrialisasi jangka panjang pemerintah.
Dikombinasikan dengan prospek pertumbuhan fundamental, sentimen positif global, dan posisi strategis dalam agenda hilirisasi, saham-saham seperti PGEO, MBMA, dan TPIA memiliki potensi menjadi pemimpin dalam fase akumulasi pasar selanjutnya. Penting untuk dicatat bahwa setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca, sehingga disarankan untuk melakukan pembelajaran dan analisis sebelum melakukan transaksi saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan maupun kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi.