Di tengah lesunya daya beli masyarakat akibat inflasi, Jepang menemukan celah pemulihan ekonomi dari aktivitas yang tak terduga, yaitu jajan idola. Fenomena ini dikenal sebagai oshikatsu, istilah yang merujuk pada aktivitas mendukung idola, baik itu artis, karakter anime, hingga grup music secara emosional dan, yang paling signifikan, secara finansial.
Menurut Senior Lecturer in Anthropology, SOAS, University of London, Fabio Gygi, fenomena ini telah menjadi pilar ekonomi tersendiri di Jepang. Penggemar di Jepang rata-rata menghabiskan sekitar 250.000 yen per tahun untuk mendukung idolanya, dengan total kontribusi oshikatsu diperkirakan mencapai 3,5 triliun yen per tahun atau sekitar 2,1% dari total penjualan ritel nasional Jepang.
Tidak hanya kalangan muda, tetapi fenomena oshikatsu juga menjangkau generasi lebih tua. Survei menunjukkan bahwa 46% perempuan Jepang usia 50-an memiliki idola yang mereka dukung secara finansial. Beberapa bahkan mengambil pekerjaan tambahan demi bisa membeli tiket konser, merchandise, hingga pasang iklan ulang tahun di stasiun kereta.
Oshikatsu tidak hanya menjadi fenomena ekonomi, tetapi juga menjawab kebutuhan emosional masyarakat Jepang yang makin merasa kesepian dan enggan menjalin hubungan konvensional. Layanan-layanan baru bermunculan, dari menyewa teman hingga membeli “romansa” dalam bentuk fan service. Di tengah tantangan demografi dan stagnasi sosial, oshikatsu menjadi simbol pergeseran, yakini koneksi emosional kini bisa dikonsumsi.
Pemerintah Jepang dan pelaku industri berharap oshikatsu dapat mendorong konsumsi rumah tangga dan memulihkan ekonomi. Namun, para peneliti mengingatkan bahwa terlalu banyak intervensi atau komersialisasi bisa menggerus daya tarik komunitas fans, terutama di kalangan muda. Poster ulang tahun idola yang terpajang di stasiun-stasiun Jepang bukan sekadar ekspresi cinta fans, melainkan juga bagian dari mesin uang yang membantu menggerakkan roda ekonomi Jepang.
Melalui fenomena oshikatsu, cinta terhadap idola tidak hanya menjadi aspek emosional, tetapi juga investasi nyata bagi perekonomian nasional di Jepang.