Alasan Lebih Setengah Warga Korea Mengalami Benci Kronis

by -14 Views

Sebuah survei di Korea Selatan baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari setengah masyarakat Negeri Ginseng tersebut berada dalam keadaan kebencian yang berkepanjangan. Hampir 70% responden percaya bahwa dunia ini tidak adil, menurut laporan The Korea Herald. Survei ini dilakukan oleh Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Seoul dan menemukan bahwa 54,9% responden mengalami kebencian kronis, dengan 12,8% di antaranya menunjukkan tingkat yang parah.

Proporsi tertinggi dari mereka yang mengalami kebencian yang parah dan berkepanjangan ditemukan di antara kelompok usia 30-an, dengan tingkat 17,4%. Namun, proporsi terendah ditemukan di antara individu berusia 60 tahun ke atas, yaitu 9,5%. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa masyarakat Korsel yang mengidentifikasi diri mereka sebagai kelas sosial bawah memiliki tingkat kebencian parah tertinggi sebesar 16,5%, sementara kelas atas memiliki tingkat kebencian sebesar 15%. Kelas menengah memiliki tingkat kebencian yang relatif lebih rendah, yaitu 9,2%.

Persepsi tentang keadilan umumnya negatif dalam survei ini, dengan 69,5% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa “Dunia pada dasarnya adil”. Tim peneliti menemukan bahwa tingkat kebencian berkorelasi dengan keyakinan bahwa dunia tidak adil. Kelompok-kelompok yang lebih cenderung melihat dunia sebagai tidak adil menunjukkan tingkat kebencian yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak melakukannya.

Selain itu, survei juga mengungkap beberapa masalah yang memicu perasaan kesal, seperti penutupan pemerintah, korupsi, perilaku tidak etis oleh politisi, dan bencana yang disebabkan oleh pengawasan keselamatan yang buruk. Hampir setengah dari responden menyatakan bahwa mereka mengalami stres berat dalam setahun terakhir, dengan orang berusia 40-an dan 30-an, serta orang dengan penghasilan rendah sangat rentan.

Meskipun demikian, sekitar 56% responden mengatakan bahwa mereka tidak akan mencari dukungan profesional karena takut akan stigma atau prasangka. Hal ini mendorong peneliti untuk menekankan perlunya masyarakat Korea menganggap serius kesehatan mental dan mengimplementasikan program pencegahan serta manajemen yang lebih praktis dan realistis. Dengan demikian, diharapkan bahwa kesehatan mental masyarakat Korea dapat terus diperhatikan dan dikelola dengan lebih baik ke depannya.

Source link