Laporan terbaru dari organizasi advokasi Muslim terbesar di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa diskriminasi dan serangan terhadap Muslim dan Arab-Amerika mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2024. Menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR), terjadi peningkatan sebesar 7,4% dalam kasus-kasus Islamofobia, yang sebagian besar dipicu oleh konflik di Gaza dan gelombang protes mahasiswa di kampus-kampus Amerika.
CAIR melaporkan bahwa selama tahun 2024, mereka menerima 8.658 pengaduan terkait diskriminasi anti-Muslim dan anti-Arab. Ini merupakan angka tertinggi sejak organisasi mulai mengumpulkan data pada tahun 1996. Kategori diskriminasi yang paling banyak dilaporkan meliputi diskriminasi di tempat kerja, masalah imigrasi dan suaka, diskriminasi di dunia pendidikan, serta kejahatan bermotif kebencian.
Gelombang protes menentang dukungan AS terhadap Israel semakin meluas di berbagai kampus sejak konflik di Gaza meletus pada Oktober 2023. Demonstran menuntut penghentian bantuan militer AS untuk Israel dan kebijakan yang lebih adil terhadap Palestina. Beberapa universitas terpaksa membatalkan kelas, sementara mahasiswa yang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa mengalami sanksi berat.
Tidak hanya diskriminasi meningkat, tetapi laporan CAIR juga mencatat serangkaian kasus kebencian yang mengejutkan publik, termasuk pembunuhan seorang bocah Palestina-Amerika berusia 6 tahun di Illinois dan insiden lainnya yang menunjukkan meningkatnya Islamofobia di AS. Kritik juga ditujukan kepada Pemerintah AS terkait dengan penangkapan Mahmoud Khalil, mahasiswa Palestina yang aktif dalam gerakan pro-Palestina di Universitas Columbia. Tindakan tersebut dianggap sebagai upaya pembungkaman aktivisme mahasiswa.