Perang di Timur Tengah semakin memanas. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 11.000 siswa di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Sementara itu, rudal kelompok Houthi sukses menembus wilayah Zionis.
Kementerian Pendidikan Palestina, seperti yang dilaporkan oleh Al Jazeera, menyatakan bahwa 11.001 siswa tewas dan 17.772 terluka di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki sejak dimulainya perang Israel pada 7 Oktober 2023. Menurut perkiraan terbaru kementerian, 10.888 siswa tewas di Jalur Gaza dan 17.224 terluka, sementara di Tepi Barat, 113 siswa tewas dan 548 terluka selain 429 ditangkap. Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan bahwa setidaknya 41.252 warga Palestina telah tewas dan 95.497 terluka dalam serangan militer Israel di Gaza sejak tahun lalu.
Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Gaza melaporkan kondisi yang sangat buruk hingga menjadi darurat. Pasien tidur di lantai rumah sakit menunggu staf medis memeriksa dan mengobati luka-luka mereka, dengan banyaknya kasus yang membuat rumah sakit kewalahan. Ambulans terus dikirim ke lokasi yang baru dibom dan hampir tidak ada ruang tersisa untuk menampung lebih banyak pasien di rumah sakit tersebut. Persediaan medis seperti perban dan obat pereda nyeri juga kurang.
Di sisi lain, orang-orang di Gaza hanya makan rata-rata satu kali sehari karena tentara Israel menghalangi 83% bantuan pangan yang dibutuhkan. Hal ini membuat 100% penduduk Gaza bergantung pada bantuan dan mengalami kelaparan.
Tentara Israel mengklaim telah menewaskan kepala unit khusus Jihad Islam Palestina di Rafah yang bertanggung jawab atas peluncuran roket dan rudal ke sasaran-sasaran Israel. Sementara Houthi dari Yaman menembak rudal ke Israel yang membuat sirine mengaung di negeri tersebut. Sebagai reaksi protes atas serangan Israel ke Jalur Gaza, Houthi dan Hizbullah melakukan serangan terhadap Israel, menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.
Mediator AS Amos Hochstein memperingatkan Israel tentang peningkatan pertempuran dengan Hizbullah di Lebanon, setelah kabinet keamanan Israel memperluas tujuan perangnya. Perang yang terus berlangsung di Gaza telah memberikan dampak negatif terhadap ekonomi Israel, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara tersebut menurun karena tekanan besar akibat konflik tersebut.
Defisit anggaran Israel juga semakin membengkak akibat perang yang berlanjut di Jalur Gaza. Biaya perang membuat anggaran negara semakin terbebani, dengan defisit anggaran tercatat sebesar 12,1 miliar shekel pada Agustus saja. Perang yang dimulai sejak serangan Hamas pada Oktober tahun lalu telah menewaskan lebih dari 41.200 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.