Jakarta, CNBC Indonesia – Harga rumput laut dilaporkan turun hingga mencapai Rp6.000 per kilogram (kg) oleh Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevry Hanteru Sitorus, saat rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, pada Kamis (13/6/2024) lalu. Yevry mengaitkan penurunan harga rumput laut dengan rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam meningkatkan hilirisasi rumput laut, yang kemudian diikuti dengan wacana pelarangan ekspor rumput laut oleh pemerintah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membantah klaim tersebut. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistyo menyatakan bahwa penurunan harga rumput laut dipengaruhi oleh kondisi pasar. Menurutnya, penurunan ekonomi global juga berdampak pada harga komoditas rumput laut.
Budi menjelaskan bahwa hilirisasi rumput laut dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing rumput laut dalam negeri. Pengembangan rumput laut dengan pendekatan hilirisasi dari hulu (budidaya) hingga produk olahan menghasilkan beragam produk turunan, baik pangan maupun non-pangan. Penerapan teknologi yang tepat menjadi kunci dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dalam negeri, konsumsi, industri, dan ekspor.
Rumput laut juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan biostimulan atau pupuk organik, biodegradable plastic, pengganti gandum dalam mie, biofuel, dan produk lainnya. Hilirisasi rumput laut dianggap penting untuk diversifikasi produk dan mengurangi ekspor bahan baku mentah.
KKP berupaya menjaga harga rumput laut di pasaran agar tidak anjlok dengan menginisiasi sistem resi gudang (SRG) komoditas rumput laut. Tambahan upaya lainnya adalah diversifikasi produk dan pasar untuk menyeimbangkan harga yang lebih kompetitif.
Harga rumput laut kering yang diekspor dari Indonesia ke China mengalami peningkatan perlahan. Data menunjukkan peningkatan harga ekspor rumput laut kering Indonesia ke China dari Rp11.996 per kg pada Desember 2023 menjadi Rp14.954 per kg pada Maret 2024. Ekspor produk olahan rumput laut juga mengalami peningkatan volume sebesar 43,6%.
Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan keberlanjutan industri rumput laut di Indonesia.
(wur)