Bukan Vietnam-RI, Banyak Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini

by -93 Views
Bukan Vietnam-RI, Banyak Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China ternyata menguntungkan tetangga RI. Namun bukan Vietnam atau Thailand melainkan Malaysia.
Dilaporkan bagaimana perusahaan asing kini berupaya memindahkan fasilitas manufaktur mereka keluar dari Tiongkok, dikenal dengan sebutan China Plus One. Malaysia mendapat banyak keuntungan terutama terkait industri semikonduktor di mana negeri itu menjadi eksportir terbesar keenam dunia.
Intel, raksasa chip Amerika Serikat (AS) disebut sedang membangun pabrik di Penang, yang akan menjadi fasilitas luar negeri pertama perusahaannya untuk pengemasan chip 3D yang canggih. Dengan banyaknya perusahaan semikonduktor dan kendaraan listrik yang pindah ke Asia Tenggara untuk melewati pembatasan perdagangan dan memperkuat rantai pasokan mereka, Malaysia dikatakan “berada dalam posisi yang tepat”.
Ekosistem yang ada khususnya di Penang dan daerah sekitar Kulim di negara bagian Kedah, merupakan magnet bagi perusahaan-perusahaan teknologi yang ingin mengurangi risiko di tengah persaingan ketat antara AS dan China. Hal sama juga terjadi di negara-negara Eropa.
“Kami bersahabat dengan China dan AS,” kata Direktur Eksekutif KGV International Property Consultans Samuel Tan, sebagaimana ditulis media Singapura Channel News Asia (CNA) dalam laporannya, Selasa (23/4/2024).
“Karena perang dagang di antara mereka, kami menjadi saluran yang cocok untuk menyeimbangkan perang dagang antara kedua negara ini… Negara-negara Eropa (juga) pindah ke Malaysia karena ingin mengekspor produknya ke China,” tambahnya.
Sebelumnya Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim memang kerap melakukan perjalanan ke luar negeri untuk merayu investasi teknologi tinggi. Pada bulan Maret, ia menyampaikan pidato utama pada acara tahunan SME Future Day 2024 di Berlin, di mana ia memberikan undangan terbuka kepada perusahaan-perusahaan Jerman serta dunia usaha di seluruh Eropa untuk berinvestasi di Malaysia.
“Laporan yang sama menyebut, investasi teknologi asing di Malaysia meningkat sejak tahun 2021. Intel dan Infineon Technologies misalnya, masing-masing menginvestasikan US$7 miliar (sekitar Rp 111 triliun) untuk melakukan investasi lebih dari sekadar pengemasan, perakitan, dan pengujian.
Raksasa teknologi Austria AT&S juga demikian. Belum lagi pembuat chip Amerika Nvidia, yang bekerja sama dengan konglomerat lokal YTL, mengembangkan infrastruktur cloud kecerdasan buatan dan superkomputer bernilai miliaran dolar di Malaysia.
Sebelumnya hal sama juga dilaporkan CNBC International. Presiden Asosiasi Industri Semikonduktor Malaysia Datuk Seri Wong Siew Hai mengatakan banyak perusahaan China mendiversifikasi sebagian produksi mereka ke Malaysia.
Namun persoalan pekerja mungkin menjadi tantangan lain. Mengingat banyaknya pekerja meninggalkan negara tersebut untuk mendapatkan prospek pekerjaan yang lebih baik dan gaji yang lebih tinggi.
“Apakah permintaan yang dihasilkan oleh diversifikasi rantai pasokan ini akan dipenuhi dengan pasokan talenta terampil yang cukup di negara ini masih merupakan tantangan operasional yang berkelanjutan,” kata Tan dari Insignia Ventures Partners.
Anwar Ibrahim sendiri sudah sejak September 2024 mengatakan pemerintahnya berupaya menarik warga Malaysia yang terampil untuk kembali. Mereka diharapkan berkontribusi pada negaranya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Video: Malaysia Mau Kuasai Bisnis Mobil Listrik

(sef/sef)