National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

by -62 Views
National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

Oleh: Prabowo Subianto [cuplikan dari “Transformasi Strategis Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”, hal. 53-54, edisi ke-4]

Seiring dengan tantangan strategis global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan ekspansi cepat kecerdasan buatan, Indonesia dihadapkan pada beberapa isu nasional yang mendesak.

Salah satu tantangan signifikan adalah mendekati penutupan jendela bonus demografi kita. Kekayaan negara terus mengalir ke luar negeri, menghasilkan aliran kekayaan nasional yang konsisten keluar. Selain itu, ekonomi kita ditandai oleh ketimpangan dan kurangnya keseragaman. Demokrasi kita juga terganggu oleh pengaruh keuangan yang berlebihan dalam politik.

Kemampuan kita untuk berkembang menjadi negara maju dan makmur tergantung pada kemampuan kita untuk mengelola dan mengatasi tantangan strategis global dan domestik ini.

Jendela Berkurangnya Bonus Demografi

Penduduk kita merupakan aset kita, terutama dengan usia median saat ini 29 tahun, yang menandakan bahwa sebagian besar orang Indonesia berada dalam tahap produktifnya, ideal untuk belajar dan bekerja dengan efisien.

Namun, indikator usia median ini dari penduduk yang muda dan produktif tidak akan berlangsung untuk selamanya. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang melambat, proporsi orang Indonesia muda akan secara tidak terhindarkan menurun. Menurut proyeksi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sekitar tahun 2035—hanya 13 tahun dari sekarang—usia median akan bergeser ke atas.

Secara historis, sulit bagi negara-negara untuk mencapai kekayaan dan kemakmuran ketika penduduknya menua melewati masa produktifnya. Saat ini berada sebagai negara berpendapatan menengah, tujuan kita adalah naik ke status berpendapatan tinggi.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi, pendapatan GDP per kapita kita harus naik menjadi $14,000, atau sekitar IDR 210 juta per tahun, yang berarti pendapatan bulanan sekitar IDR 17,5 juta bagi setiap penduduk.

Kita hanya memiliki 13 tahun untuk keluar dari jerat berpendapatan menengah dan menghindari nasib menjadi negara tua sebelum menjadi kaya, seperti yang terjadi di Thailand. Thailand menjadi masyarakat yang telah menua tanpa mencapai kekayaan. Kita harus menghindari hal ini dengan memastikan pertumbuhan ekonomi yang cepat sehingga kita bisa menjadi makmur sebelum profil demografi kita menua secara signifikan.

Source link