Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menyatakan bahwa hubungan negaranya dengan China harus ditentukan berdasarkan kemauan rakyat, dan perdamaian antara kedua negara harus didasarkan pada saling menghormati. Hal ini diungkapkan Tsai sebagai respons terhadap pidato tahun baru pemimpin China Xi Jinping yang mengatakan bahwa penyatuan Tiongkok dan Taiwan tak dapat dihindari.
“Ini membutuhkan kemauan bersama rakyat Taiwan untuk mengambil keputusan. Bagaimanapun, kami adalah negara demokratis,” ujar Tsai seperti dikutip dari Reuters, Senin (1/1/2023).
Tsai juga menekankan bahwa Tiongkok harus menghormati hasil pemilu Taiwan yang akan diselenggarakan pada 13 Januari. Dia menyatakan bahwa baik Taiwan maupun China memiliki tanggung jawab dalam menjaga perdamaian dan stabilitas antara kedua negara.
Sebelumnya, Xi Jinping dalam pidato tahun baru menyatakan bahwa penyatuan kembali antara Taiwan dengan China daratan tidak dapat dihindari. Pidato Xi kali ini memberikan tekanan yang lebih kuat dibandingkan tahun sebelumnya. Pidato keras Xi Jinping ini juga diiringi dengan meningkatnya tekanan militer China terhadap Taiwan yang akan segera menggelar pemilihan presiden dan parlemen awal tahun ini.
Presiden Tsai selama masa kepemimpinannya telah memprioritaskan penguatan dan modernisasi pertahanan Taiwan, termasuk mendorong program kapal selam dalam negeri.
Pemerintah Taiwan juga menuding Tiongkok terus mencoba ikut campur dalam pemilu, baik dengan menggunakan berita palsu atau tekanan militer atau perdagangan. Tsai meminta rakyatnya mewaspadai hal ini.
Sebagai respons terhadap ancaman Tiongkok, Tsai mengatakan perusahaan Taiwan harus melihat secara global dan melakukan diversifikasi. Dia menegaskan bahwa perdagangan dan pertukaran ekonomi tidak bisa menjadi alat politik, serta menyambut interaksi yang sehat dan teratur di seluruh selat.
