Perubahan iklim menjadi topik yang juga mendominasi pemberitaan media dan percakapan di berbagai platform media sosial tahun ini. Apalagi, tahun ini cuaca ekstrem dan fenomena iklim melanda negara-negara di berbagai belahan bumi. Mulai dari hujan disertai banjir bandang, kekeringan dan suhu panas ekstrem, angin puting beliung, polusi udara yang semakin memburuk, hingga semakin cepatnya siklus iklim dan cuaca.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan skenario terburuk yang tengah mengancam dunia, termasuk Indonesia. Yaitu, krisis pangan, yang kemudian bisa memicu terjadinya krisis ekonomi dan politik.
Seramnya, lanjut Dwikorita, bencana itu tak akan peduli negara maju atau negara berkembang. Karena itu, Dwikorita mengimbau seluruh negara termasuk Indonesia mengubah gaya hidup yang mengandalkan energi fosil menjadi energi ramah lingkungan.
BMKG sebenarnya telah berulang kali mengingatkan ancaman akibat perubahan iklim yang mengintai bumi.
BMKG memperingatkan, semua pihak bekerja sama dan bergotong royong melakukan aksi mitigasi. Mulai dari hemat listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, juga restorasi mangrove.
Di sisi lain, dia menambahkan, pemerintah sedang menyusun Instruksi Presiden (Inpres) kebijakan Indonesia agar rencana pembangunan jangka panjang Indonesia emas berkorelasi dengan kebijakan ketahanan iklim dan bencana.
Dwikorita mengatakan, fenomena iklim global saat ini sudah semakin kompleks, semakin tidak pasti, dan semakin rumit yang berdampak pada kondisi iklim regional dan lokal di Indonesia.