Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menegaskan penolakan Turki terhadap rencana pembentukan zona penyangga pasca perang di Gaza karena hal itu tidak menghormati warga Palestina. Israel telah menyampaikan rencana zona penyangga ke beberapa negara Arab dan Turki. Erdogan mengatakan bahwa masa depan Gaza setelah perang akan ditentukan oleh rakyat Palestina sendiri.
Erdogan juga menyerukan Israel untuk menyerahkan kembali wilayah yang diduduki dan menghentikan permukiman di wilayah-wilayah tersebut. Ankara mengkritik kampanye militer Israel di Gaza, mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, dan menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota kelompok militan Palestina Hamas. Erdogan juga menyalahkan dukungan Barat terhadap Israel atas situasi di wilayah tersebut, serta menegaskan bahwa Turki tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris.
Selain itu, Erdogan mengatakan bahwa Turki dan Qatar ingin membangun kembali Gaza dan siap bertindak sebagai penjamin atau tuan rumah konferensi perdamaian. Amerika Serikat (AS) juga menolak usulan zona penyangga di Jalur Gaza karena akan melanggar posisi Washington yang menyatakan bahwa wilayah kantong Palestina tidak boleh dikurangi setelah konflik saat ini. Departemen Luar Negeri AS menegaskan penolakannya terhadap pengurangan wilayah kantong padat penduduk tersebut.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, harus ada periode transisi setelah berakhirnya operasi tempur besar untuk menghindari “kekosongan keamanan”, namun hal ini harus bersifat sementara.