Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel masih berlanjut di Gaza. Israel menolak gencatan senjata dan menyatakan bahwa mereka akan terus berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan. Amerika Serikat (AS) juga tidak mendukung gencatan senjata karena mereka menganggap hal tersebut bukan jawaban yang tepat saat ini.
Di tengah peperangan ini, kabinet Israel terbelah dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperoleh kecaman karena menyalahkan pasukannya atas serangan yang terjadi. Mereka mempertanyakan kepemimpinan Netanyahu dan kapasitasnya untuk memimpin negara ini dalam perang tanpa memprioritaskan kepentingan pribadinya.
PBB mengungkapkan bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh Hamas dan Israel. Mereka mengecam Hamas karena menembak mati ratusan warga sipil tidak bersenjata dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. PBB juga menyatakan bahwa Israel mungkin melakukan kejahatan perang melalui pengepungan terhadap Gaza.
Rusia dan AS juga terlibat perselisihan terkait kerusuhan anti-Israel di Dagestan. Putin menyalahkan Ukraina dan negara Barat atas kerusuhan tersebut, namun AS mengecam tuduhan tersebut dan menyebutnya tidak masuk akal.
Israel juga dilaporkan ingin memindahkan penduduk Gaza ke semenanjung Sinai di Mesir. Kementerian Intelijen Israel mengusulkan rencana ini untuk menghasilkan perubahan signifikan di Gaza terkait kejahatan Hamas.
Jepang juga memberlakukan sanksi terhadap sembilan orang dan sebuah perusahaan yang terkait dengan Hamas. Mereka mengumumkan bahwa semua entitas tersebut telah ditetapkan sebagai “teroris”.
Lebanon juga waspada terhadap kemungkinan terjadinya perang regional antara kelompok Hizbullah dan Israel. Pertempuran antara kedua kelompok ini meningkatkan kekerasan dan beberapa desa di Lebanon telah ditinggalkan oleh penduduknya.
Artikel ini diambil dari berbagai sumber termasuk Al Jazeera.