Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi secara sengaja dan bukan karena adanya penurunan daya beli masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada bulan Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18% secara bulanan, sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 2,13% dan inflasi tahun berjalan atau tahun kalender sebesar 0,83%.
Airlangga menjelaskan bahwa tim pengendali inflasi pusat dan daerah sedang bekerja untuk menjaga tingkat inflasi tahun ini tetap stabil di level 2,5%. Ia juga menyatakan bahwa penurunan harga terutama terjadi pada bahan pangan dan hal ini tidak berdampak pada daya beli masyarakat.
Airlangga optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terganggu oleh kondisi deflasi tersebut. Ia meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 masih akan tetap stabil di kisaran 5%.
BPS sebelumnya menyatakan bahwa deflasi yang terjadi bukan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, melainkan karena adanya suplai yang melimpah di pasar. Hal ini terutama terjadi pada bahan makanan yang harganya cenderung bergejolak.
Suplai yang meningkat tersebut terutama pada bahan makanan bergejolak, seperti bawang merah dan cabai. Pasokan yang melimpah ini menyebabkan harga kedua komoditas tersebut turun, yang kemudian ikut menyumbang pada deflasi yang terjadi.