Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membeli jet tempur J-10C dari Cina sebagai bagian dari upaya modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional. Langkah ini masih dalam tahap evaluasi oleh TNI Angkatan Udara sebagai pengguna utama kekuatan udara. Menurut Kepala Biro Informasi Pertahanan Sekjen Kemhan RI, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, proses pengadaan alutsista dimulai dengan kajian teknis dari matra udara, yang kemudian menjadi dasar keputusan Kemhan RI. Alutsista yang dipilih harus mendukung kebijakan pertahanan nasional, khususnya dalam memperkuat Perisai Trisula Nusantara.
Munculnya spekulasi mengenai pembelian J-10C setelah Kepala Staf TNI AU, Marsekal Mohamad Tonny Harjono, menghadiri pameran dirgantara internasional Zhuhai Airshow 2024 di Cina. Wakil Menhan RI, Donny Ermawan Taufanto, juga mengonfirmasi adanya penawaran resmi dari Cina untuk menjual jet tempur tersebut kepada Indonesia. Indonesia bahkan akan mengirim sejumlah pilot TNI AU ke Cina untuk menjalani pelatihan J-10 serta mengunjungi fasilitas produksi Chengdu Aircraft Industry Group pada Mei 2025.
Jet tempur J-10C memiliki teknologi dan kapabilitas yang cukup canggih, dengan fitur-fitur modern seperti radar AESA yang memungkinkan deteksi dan pelacakan target secara lebih luas dan akurat. Meskipun begitu, efektivitas radar ini dalam mode Low Probability of Intercept/Detection (LPI/LPD) masih perlu diuji lebih lanjut. Berbagai faktor seperti pengalaman operasional Pakistan dengan J-10C dapat menjadi acuan penting untuk evaluasi lebih lanjut. Dengan pertimbangan tersebut, langkah pembelian jet tempur J-10C perlu dianalisis secara mendalam untuk memastikan bahwa keputusan ini akan mendukung pertahanan nasional Indonesia secara efektif.
