Pasar keuangan global kembali dilanda sentimen negatif menyusul pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengenai rencana kenaikan tarif dagang. Pernyataan ini disampaikan tidak lama setelah data inflasi Amerika Serikat bulan Mei 2025 dirilis, yang menunjukkan kenaikan sebesar 0,1%. Pasar saham AS menunjukkan pelemahan tipis dengan terkoreksinya Indeks S&P 500 sebesar 0,3%, penurunan Nasdaq sebesar 0,5%, dan stagnannya Dow Jones pada perdagangan Rabu (12/06/2025).
Data inflasi AS menunjukkan peningkatan yang lebih rendah dari prediksi sebagian ekonom. Kenaikan inflasi disumbang oleh naiknya harga sewa, penurunan harga bensin, dan kenaikan harga pangan sebesar 0,3%. Secara tahunan, inflasi berada di angka 2,4%, sementara inflasi inti yang tidak menghitung harga makanan dan energi mencapai 2,8%. Meskipun tekanan inflasi saat ini belum signifikan, para analis memprediksi potensi kenaikan di masa mendatang akibat kebijakan tarif baru.
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menuturkan bahwa dampak tarif belum sepenuhnya terasa karena banyak peritel masih menggunakan stok lama. Pemerintah AS terlihat menekan perusahaan besar untuk menahan kenaikan harga, namun para ekonom memperkirakan efek tarif akan terasa secara bertahap dan mendorong inflasi lebih tinggi ke depannya.